Berkenaan dengan seruan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) melalui pres rilis mengenai "Hentikan Menggunakan Istilah Anjay" saya memiliki sebuah pengalaman.Â
Tahun lalu di sekolah kami, pada rapat rutin mingguan mengenai kedisiplinan siswa, pernah dibahas mengenai siswa yang mengeluarkan istilah anjay pada pertandingan basket antar kelas yang diadakan OSIS.
Bagi kami, penggunaan istilah anjay itu sangat mengganggu. Alasannya adalah bahwa semua orang yang menyaksikan kejadian itu tau makna kata yang dimaksud. Semua orang juga paham tujuan kata itu diucapkan.
Kesamaran Makna Istilah
Bagi sebagian masyarakat istilah anjay memang bisa bermakna samar. Karena kesamarannya maka banyak juga masyarakat yang menghiraukannya, bahkan menganggap itu sebagai hal yang biasa.
Kesamaran yang terjadi dijelaskan pada pres rilis yang dikeluarkan Komnas PA. Kesamaran bisa terjadi karena ada beberapa sudut pandang, makna dan penempatan istilah anjay yang terkadang berbeda di masyarakat. [1]
Istilah anjay bisa bermakna kekaguman, pujian atau menyebut nama binatang. Penggunaan istilah anjay seperti ini merupakan hal biasa dan tidak mengandung kekerasan.Â
Yang bermasalah adalah ketika istilah anjay digunakan untuk kekerasan dan merendahkan martabat seseorang yang bisa menyebabkan ketersinggungan, sakit hati dan merugikan. Untuk yang seperti ini ada konsekuensi hukumnya.
Kesamaran Tanggung Jawab Siapa
Saya ingin memperdalam sedikit konteks penggunaan istilah itu pada kasus di sekolah kami yang saya ceritakan di awal. Saya akan mencoba mengulasnya dari beberapa sudut pandang.
Pertama, dilihat dari siswa yang menggunakan istilah tersebut. Didapati bahwa memang siswa tersebut terkenal sering menggunakan kata-kata kotor pada beberapa kesempatan yang lain. Tidak heran jika siswa ini sering mendapat teguran karena sikap dan perkataannya.
Kedua, konteks mengapa dia menggunakan kata itu. Didapati bahwa siswa tersebut kesal karena keputusan-keputusan wasit pada pertandingan basket itu yang selalu merugikan timnya. Kekesalan yang dilampiaskan dengan mengeluarkan kata mencemooh kepada wasit yang memimpin pertandingan.