Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Digital Citizenship untuk Mencegah Cyberbullying di Era Pembelajaran Daring

25 Juli 2020   08:33 Diperbarui: 26 Juli 2020   08:11 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua minggu sudah pembelajaran dalam jaringan (daring) di tahun ajaran baru dilaksanakan di sekolah kami. Banyak hal menarik yang tidak terpikirkan kami sebagai pendidik, terjadi di saat melakukan pembelajaran. 

Berbagai pelatihan menyambut era pembelajaran daring yang kami lakukan, terasa kurang. Ternyata masalah-masalah baru bermunculan.

Salah satunya adalah tentang cyberbullying. Kita menyadari isu bullying adalah salah satu isu hangat pada dunia pendidikan di era sebelum pandemi. Bullying menjadi hal yang tidak bisa dihindari. 

Banyak seminar dilaksanakan untuk mencegah terjadinya bullying di sekolah. Para ahli pun berlomba untuk berbagi berbagai macam cara untuk bisa mengatasi hal ini.

Menyoal Cyberbullying

Di era pandemi ini, masalah bullying seolah terlupakan. Tidak adanya tatap muka dan terbatasnya interaksi antar siswa membuat kita terlena akan permasalahan ini. Kita terlalu fokus untuk mencarikan solusi strategi metode pembelajaran yang baik untuk diterapkan di era daring.

Kini kita baru menyadari. Tak disangka, di era pembelajaran daring cyberbullying merajalela. 

Ya, bullying telah bertransformasi menjadi cyberbullying. Siswa dengan sangat mudahnya melakukan cyberbullying kepada temannya dengan menggunakan berbagai platform social media. 

Dari pengamatan kami, ada beberapa tindakan siswa yang bisa kita kategorikan sebagai cyberbullying. Misalnya, mengirim pesan atau komentar bernada menyakiti hati, menyebarkan rumor buruk, membuat akun fake untuk mengolok-olok siswa lain dan mengunggah gambar yang tidak semestinya dipublikasikan.

Bahayanya, semua itu bisa menyebar dengan sangat cepat sekali. Cyberbullying bahkan akan lebih menyakitkan karena semakin banyak teman yang akan mengolok-olok dan jejak digitalnya akan terus ada, jika tidak dihapus oleh si pengunggah. 

Karena tidak ada kontak fisik, cyberbullying pun lebih rentan untuk lebih sering dilakukan. Belum lagi tidak adanya pengawasan yang ketat dari orangtua dan guru membuat para pelakunya semakin menjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun