Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bazar Online, Solusi Pembelajaran Berkurban di Masa Pandemi

18 Juli 2020   15:13 Diperbarui: 18 Juli 2020   16:38 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa melakukan bazar di sekolah (Dokumen Pribadi)

Berbagai makanan dibuat dan dijual siswa, dari yang paling sederhana sampai yang memang membutuhkan keahlian khusus untuk membuatnya. Kantin sekolah sepi pada hari-hari ini, karena kebanyakan siswa lebih memilih jajan di warung kelas. Alasan mereka adalah karena bisa jajan sambil sedekah.

Harga yang dijual agak mahal memang jika dibandingkan harga normal. Tujuannya tak lain supaya untung yang didapat lebih banyak. Walaupun begitu siswa tetap membelinya. Bahkan ada juga yang tidak mau ambil kembalian, "Biar saja kembaliannya, buat sedekah" ujarnya. Hasil dari kegiatan bazaar ini semua disumbangkan untuk dana membeli hewan kurban. Semuanya lo, bukan hanya untungnya, modal dan untungnya.

Di masa pandemi ini, anak-anak tidak kekurangan ide. Bazaar online pun dilaksanakan.

Di awal kami agak sangsi, apakah ini akan berhasil. Tetapi kami yakin saja dengan ide ini dan kami mulai melaksanakannya.

Ada program loak penuh berkah yang menjual barang layak guna dan pakai, jasa edit gambar atau video dan sudah pastinya berbagai macam ragam makanan yang dijual secara online. Siswa begitu semangat melakukannya. Bagi mereka walaupun sedikit hasilnya, tetapi yang penting semangatnya

Kegiatan ini bukan tanpa hambatan. Ada saja orang yang tidak setuju dengan cara yang kami gunakan dengan berbagai argumentasinya. Misalnya, ada yang mempertanyakan istilah sedekah kurban maupun argumen yang mengatakan kurban itu hanya bisa diberikan oleh satu orang dan satu nama, tidak bisa beramai-ramai seperti ini.

Bagi kami, ini adalah bagian dari pembelajaran. Itulah cara kami mengajarkan kurban ke siswa. 

Bukan hanya kurban sebagai bentuk ibadah, tetapi nilai-nilai sosial berkurban pun dikedepankan. Selain itu program ini juga bisa membantu menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada diri siswa. Semua ini akan menjadi bekal yang baik untuk mereka di masyarakat kelak.

Diluar dugaan hasil dana yang terkumpul pun lumayan banyak, bahkan bisa mendekati perolehan ketika waktu normal. Di sisa waktu yang masih tersisa dua minggu kedepan, mungkin saja jumlahnya bisa melampaui perolehan tahun lalu. 

Tantangannya sekarang adalah bagaimana kami merencanakan pemotongan dan distribusi daging kurbannya kelak di hari raya. Tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan di tengah pandemi ini.

Alhasil, ditengah hambatan dan tantangan yang ada, rasanya pandemi tidak menyurutkan semangat kita dalam berkurban, yang menurun mungkin kemampuan untuk berkurban, seperti yang dirasakan pak Haji Udin yang menurun jumlah pembelinya. Biarlah kuantitas kurban kita tahun ini menurun, asal kualitas ibadah kurban kita meningkat. Kualitas disini ditunjukkan oleh semangat yang tetap menggebu-gebu dari para siswa dalam mengumpulkan dana hewan kurban. Semoga tahun depan kita bisa mengumpulkan dana kurban dengan cara yang normal lagi. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun