Urgensi Kejujuran Dalam Pendidikan
Mengapa saya menjelaskan alat ini? Apa urgensinya? Sebenarnya penjelasan alat ini hanya saya gunakan sebagai penarik perhatian siswa agar bisa fokus akan topik yang saya akan jelaskan.Â
Sebenarnya topik yang saya ingin jelaskan adalah tentang kejujuran. Adanya alat lie detector menunjukkan bahwa kejujuran belum bisa kita dapatkan pada semua orang. Saya merasa di era BDR ini siswa perlu diingatkan mengenai hal ini lagi.
Saya mengangkat topik ini karena terinspirasi dari gambar meme status WA salah seorang teman beberapa hari yang lalu, tepatnya di hari pertama BDR. Di gambar tersebut dibandingkan cara bolos siswa dahulu dan di masa pandemi sekarang.Â
Dahulu, digambarkan siswa bolos dengan memanjat tembok. Sedangkan di era BDR, bolos berarti tidak menyalakan kamera dan tidak membuka mikrofon ketika ditanya. Tanpa kamera kita tidak tahu siswa melakukan apa ketika masuk ke kelas virtual.
Oleh karena itu dalam menjalankan pendidikan di era pandemi ini nilai-nilai kejujuran menjadi sesuatu yang penting. Lebih penting dari biasanya. Selain penting kejujuran juga menjadi nilai yang utama.
Kejujuran di sini janganlah diartikan hanya jujur dalam perkataan, tetapi kejujuran yang lebih mendalam lagi yang mencakupi dimensi lain manusia.Â
Saya teringat perkataan ulama Muhammad Fethullah Gulen yang mengatakan bahwa kejujuran adalah kebenaran, benar dalam perkataan, perbuatan dan pemikiran.Â
Pendapat tersebut selaras dengan makna kata siddiq dalam bahasa Arab yang berarti benar atau jujur. Jadi, makna kata jujur jangan dipersempit hanya dengan artian jujur dalam perkataan.
Ya, dengan siswa tidak membuka kameranya bisa diartikan dia sedang melakukan ketidakjujuran. Dalam artian tidak jujur dalam bertindak.Â
Inilah yang sebenarnya menjadi inti dari penyampaian motivasi perdana saya pada siswa di minggu pertama BDR.Â