Perempuan kecil di depan Mesjid itu.. Berkerudung kusut berpeluh pengharapan Tangan kiri memegang kertas lusuh mengharapkan simpati Memelas mengharapkan recehan dari simpang siurnya pejalan kaki Perempuan kecil dengan proposal di tangan Keluhnya adalah tangisan deritanya.. Resahnya dibaluti roda nasib yang tak berputar Mengapa mereka berlalu begitu saja Mengapa mereka memandang sebelah mata Bukankah dia masih polos dan jujur Bukankah dia belum mengenal apa yang namanya dusta Tidak seperti kita.......!! Manusia bertopeng ya membutuhkan pujian Manusia bertopeng yang mementingkan perut saja Perempuan kecil yang pucat mukanya Terduduk lesu melihat kantong uangnya Cukupkah untuk berbuka malam ini fikirnya Kucoba mendekati dari trotoar yg lebih tinggi Kucoba rasakan gejolak di jiwanya Meresapi menusuk dalam pandangan kosongnya Kuselongkar semua kantong baju dan celanaku Kurogoh semua isi yang tersisa tanpa sempat kukira Kurengkuh tangan kanannya agar menerima rezeki Allah ini Dia menolak perlahan dan diam menerima Dia mengusap bulir airmataku yg terjatuh Matanya memerah tergenang air kepuasan Kubelai rambutnya sambil kulari tak menoleh lagi Aku teringat anakku Aku teriat saudara perempuanku Ternyata penderitaannya tak sehebat penderitaan mereka Sempat kuberfikir pesan tersembunyi apa lagi Yang akan di jelaskan kepadaku Terima kasih Yaa Rabbi.. Atas pelajaranmu hari ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H