Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melepas Rindu di Pasar Seni Kuala Lumpur

4 Oktober 2011   02:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 3904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_133824" align="aligncenter" width="400" caption="Pasar seni Kuala Lumpur (dok pribadi)"][/caption] Jikalau anda sempat singgah ke Kuala Lumpur atau punya rencana liburan ke sini, Janganlah lupa untuk singgah ke pasar seninya. Pasar Seni Kuala Lumpur juga di kenali sebagai Central Market yang terletak di tepian Sungai Klang bersebelahan bangunan Pos Malaysia. Pasar seni Kuala lumpur adalah tempat jual beli barang kerajinan Malaysia yang asalnya adalah sebuah pasar basah yang menjual ikan,sayur-sayuran dan barangan lainnya. Namun sekarang di dalamnya hanya menjual barang-barang seni saja. Mulai dari kerajinan kaum Melayu, Dayak , kaum China dan India. Sedangkan di belakang bangunan Pasar seni ini , di khusukan kepada para pelukis. Namun umumnya adalah pelukis potret saja. Pasar seni  terletak di jantung kota dan mudah di capai dengan berbagai transportasi seperti Kereta Api, LRT dan Bis Kota. Dari stasiun kereta api Kuala Lumpur hanya 5 menit dengan jalan kaki dan kalau dari stasiun LRT Pasar Seni hanya tinggal menyeberang jalan saja. Sedangkan kalau via bis kota yang jurusan pusat kota haltenya semuanya berdekatan dengan pasar seni. Kita tinggal jalan kaki sambil mengikuti arah yang di tunjukkan signboard di beberapa sudut kota. Melepas Rindu di Pasar Seni Kuala Lumpur [caption id="attachment_133826" align="aligncenter" width="500" caption="Resto khas Indonesia bersebelahan dengan pasar seni (dok Pribadi)"][/caption] Pada hari Sabtu kemarin, setelah menjamu selera di Restoran khas Indonesia yaitu restoran Es Teler 77. Saya sempatkan ke pasar seni, setelah sekian tahun tidak pernah mampir ke sana. Secara kebetulan Restoran Es Teler 77 bersebelahan dengan pasar seni hanya di pisahkan  jalan tempat kiosk-kiosk kecil yang menjual aneka barang mulai dari hasil kerajinan sampai dengan aneka minuman. Sedangkan ketika memasuki pintu masuk pasar seni, saya terserempak dengan seorang satpam berbangsa Cina yang tersenyum ramah dan kelihatan gagah dengan kemeja batiknya. Dalam temu bual singkat kami, Beliau mengetahui bahwa saya berasal dari indonesia  dilihat dari loghat bicaranya. Dan Beliau mengatakan bahwa di pasar seni ini banyak hasil kerajinan dari Indonesia. [caption id="attachment_133836" align="aligncenter" width="333" caption="Muhammad Amin Chiang, security officer pasar seni Kuala Lumpur (dok.pribadi)"][/caption] Karena penasaran dan merasa rindu mendadak akan hal-hal yang berbau Indonesia. Saya telusuri satu persatu kiosk-kiosk di sebelah kiri dilantai bawah. Saya sempat terpana sebentar dengan gantungan topeng-topeng khas Indonesia di beberapa kiosknya. Saya jadi teringat dengan kampung halaman yang biasanya dalam bulan-bulan begini pasti ada Kerapan Sapi yang disertai musik Saronen dan tarian Topeng Dhalang. Topeng -topeng tersebut hampir kesemuanya di hiasi dengan Batik bermotif khas Jawa. Dan sebagian besar kiosk-kiosk di sini pasti ada yang menjual topeng tersebut, namun lain ukuran dan bervariasi. [caption id="attachment_133828" align="aligncenter" width="404" caption="Aneka Jenis Topeng berbagai ukuran (dok pribadi)"][/caption] Setelah itu pindah dari kiosk satu ke satunya, sekali lagi mataku tertuju kepada deretan Wayang Golek yang tersusun indah menggoda. Fikiranku menerawang jauh ke alam masa remajaku yang suka dengan Kang Asep dan komedi wayang goleknya yang di siarkan di TVRI pada suatu ketika dulu. [caption id="attachment_133834" align="aligncenter" width="404" caption="Wayang kulit dan Wayang Golek serta patung Punakawan (dok Pribadi)"][/caption] Dan di kiosk sebelahnya adalah deretan Wayang kulit berbagai ukuran siap dengan harganya sekali. Pak Manteb pasti terperanjat kalau harganya di sini cukup mahal , sekitar Satu juta setengah sampai dua juta kalau di kurs dari Ringgit Malaysia ke Rupiah setiap sebuah. Sedangkan untuk ukuran kecil saja sekitar 100 ribu sampai 200 ribu rupiah. [caption id="attachment_133837" align="aligncenter" width="404" caption="Baju-baju batik yang tersergam indah (dok.pribadi)"][/caption] Sedangkan di tingkat atas adalah di khususkan kepada busana-busana tradisional. Mulai dari songket, batik trengganu (motifnya berbeda batik Indonesia) , Busana khas kaum Cina dan India sampai busana khas Serawak dan Sabah. Namun banyak juga saya temui aneka busana Batik bermotifkan batik jawa. Malah banyak juga barangan-barangan kerajinan di sini yang berasaskan batik di jual di sini. Mulai dari kipas, gantungan kunci, sandal, dompet dan Dakon atau congkak. [caption id="attachment_133838" align="aligncenter" width="404" caption="Barang-barang kerajianan bermotifkan batik"][/caption] [caption id="attachment_133839" align="aligncenter" width="404" caption="Angklung dan blangkon pun disini ada (dok.pribadi)"][/caption] Sebelum pulang saya terpegun seketika, karena Angklung dan Blangkon pun ada juga di sini. Ternyata perasaan rindu akan Indonesia sedikit terobati pada hari itu dengan singgah sebentar ke Pasar seni Kuala Lumpur. Walaupun pulang dengan beberapa pertanyaan dan perasaan yang bercampur baur. Salam dari Kuala Lumpur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun