Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini Itu Kuli Batu Di Malaysia

20 April 2012   13:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:22 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334928241544591292

[caption id="attachment_172807" align="aligncenter" width="300" caption="Semangat Kartini Menyatu dengan Zubaidah (dok Pri)"][/caption] Perempuan berkaos loreng merah panjang itu begitu cepat mengayunkan sekop yang berisi semen  ke atas sebuah prancah. Walaupun dalam posisi sulit, namun gerakan tangannya sudah seirama dengan lingkungan sekitar badannya . Sesekali keringatnya mengalir dari balik kerudung yang di ikat ringkas di kepalanya. Maka di sekanya keringat tersebut dengan lengannya, karena tangannya terbungkus sarung tangan karet yang di penuhi kotoran-kotoran semen tadi. Panggil saja saya Zubaidah, katanya sambil megap-megap menahan nafas setelah berhenti sebentar  mengayunkan sekopnya.  Dia berasal dari salah sebuah desa di Kabupaten Sampang, Jawa timur. Janda anak dua ini katanya sudah 2 tahun menjadi kuli batu di Malaysia.

" Setelah 2 tahun dari meninggalnya suami saya dik, saya merantau ke Malaysia karena banyak saudara dan tetanggaku di sini. Kedua anakku sekolah semua dan membutuhkan biaya, apalagi kedua orang tua saya dik sudah tua. Jadi saya sebagai anak tertua merasa punya tanggung jawab untuk menggantikan perannya." Katanya dalam loghat Madura yang cukup kental.

Selama 2 tahun ini, Zubaidah di Malaysia bekerja di sektor konstruksi sebagai pelayan dan pembantu tukang plaster dan pasang batu di sebuah kawasan bangunan di pinggir Kuala lumpur. Sebagaimana umumnya, Zubaidah masuk ke Malaysia sebagai turis yang di uruskan seorang agen (Tekong, orang yang menguruskan pemberangkatan TKI secara ilegal) dengan membayar sekitar Rp 3,5 juta. Uang tersebut adalah hasil dari menjual barang perhiasanya dan sebagiannya di pinjam dari sanak saudaranya. Dari cara berpakaian dan sikapnya, pihak Imigrasi di Indonesia maupun di Malaysia sudah tahu bahwa tujuan Zubaidah ke Malaysia bukan jalan-jalan waima shopping di mall-mall Kuala Lumpur. Tapi mengapa pihak-pihak instansi kedua negara tersebut seakan-akan tutup mata ? Apakah ada permainan di bawah telapak tangan antara tekong dan pegawai -pegawai imigrasi tersebut ? Operasi dan Tidur di Hutan Sebagai TKI ilegal, yang paling di takuti oleh Zubaidah adalah Operasi yang di lakukan oleh pihak Imigrasi dan polisi Malaysia. Operasi tersebut biasanya di lakukan sekitar pukul 03.00 pagi sampai pagi atau sewaktu para TKI sedang lena tidurnya. Tempat kawasan bangunan bersangkutan akan di kepung terlebih dahulu oleh polisi dan RELA (sejenis Hansip), Kemudian itu baru pihak Imigrasi masuk melakukan pemeriksaan. Terkadang ada pihak Imigrasi atau Polisi Malaysia ada yang membocorkan waktu dan kapan operasi akan dilakukan. Sebagai balasannya ada seseorang di dalam kawasan bangunan tersebut yang mengumpulkan uang dari para TKI ilegal sebagai jaminannya. Oleh sebab itu apabila ada khabar atau isu mau di operasi (rush), Zubaidah beserta para TKI ilegal lainnya sudah mempersiapkan diri untuk  keluar dari kawasan bangunan tersebut dan pergi ke kawasan hutan terdekat untuk bersembunyi dan tidur.

"Sumpah dik, begitu terasa sekali sengsara dan betapa susahnya mencari rezeki. Apalagi kalau saat itu musim hujan, Bayangkan tidur di hutan pada waktu tengah malam hujan turun. Kalau tidak karena masa depan anak-anak dan kedua orang tua, saya sudah pulang kampung". Tuturnya sambil kedua matanya berlinang penuh emosi.

Semangat Kartini Dalam Diri Zubaidah Dalam diri Zubaidah ada semangat juang R.A Kartini, seperti rasa ingin berubah dan hidup setaraf dengan kaum lainnya. Walaupun sebagai  janda yang hidup serba sendiri di perantauan apalagi di negeri orang. Namun tidak melunturkan semangatnya untuk terus mengakali hidup agar tujuan hidupnya tercapai.

" Biarlah saya saja dik yang merasakan peritnya hidup ini . Saya sadar bahwa keadaan saya yang tidak berpendidikan jualah yang membedakan status hidup ini. Saya akan berusaha agar anak-anak saya pendidikanya tercukupi dan terpenuhi. Biar masa depannya tidak seperti orang tuanya".

Ternyata saya sangat kagum dengan semangat yang di miliki Zubaidah. Keadaan dan situasi yang memaksa Zubaidah harus punya semangat seperti itu. Sewaktu saya tanyakan , apakah tahu Hari Kartini dan siapa kartini ? Dia malah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya sambil malu-malu. Seandainya Ibu kartini masih hidup dan mengetahui bahwa sebagian kaumnya belum terbela sebagaimana impian dan cita-citanya. Apakah yang akan dilakukan oleh beliau ? Dan Apabila mengetahui bahwa kaumnya sering di eksploitasi demi kepentingan pribadi atau golongan, gebrakan apakah yang akan di lakukan oleh beliau ? Ibu Pinjamkan semangatmu sekali lagi untuk para kaummu ! Selamat menyambut dan memperingati hari Kartini.. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun