Detik-detik pesta demokrasi 2019 semakin terus dirasakan. Berbagai media gegap-gempita, menjadi akses kampanye para calon pasangan presiden/wakil presdien dan calon legislative yang bertanding. Sungguh luar biasa, atensi masyarakat terhadap Pemilu yang memakan dana 25 Trilyun rupiah ini.
Namun, apakah semua lapisan masyarakat akan ikut andil dalam pesta demokrasi yang ke-12 ini ? Masih banyak golongan masyarakat, yang masih tidak percaya dengan sistem Pemilu di Indonesia. Golongan ini meluahkan kekecewaanya dengan tidak ikut serta dan mengambil peranan di dalamnya.
Mereka menamakan dirinya golongan putih atau Golput. Suatu kelompok masyarakat yang tidak percaya terhadap bentuk politik praktis, Â baik dalam bentuk partai maupun kandidat pemimpin yang akan bersaing.
Angka Golput ini semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. Mengambil contoh Pemilihan Presiden 2009, angka Golput mencapai 28,3% Â dari Daftar Pemilih Tetap (DPT). Kemudian angka Golput terus menanjak di Pilpres 2014, menjadi 29,1 %.
Apakah angka Golput akan terus naik dalam Pilpres 2019 ini ? sedangkan angka pemilih pemula pada Pilpres kali ini mencapai 30% dari total DPT. Artinya sukses tidaknya Pemilihan umum kali ini berada pada golongan pemuda.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Golongan Putih ini terus meningkat setiap pemilihan Umum berlangsung :
- Ketidakpuasan terhadap Partai Politik yang dianggap hanya berorientasi kekuasaan semata.
- Beranggapan bahwa pemilu tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
- Tidak terdaftar menjadi Daftar Pemilih Tetap sampai Pemilu tiba
- Mempunyai kartu undangan untuk memilih, namun tidak menggunakannya saat Pemilu berlangsung.
Namun respon dan faktor yang paling menyumbang akan naiknya angka Golput disebabkan ketidakpercayaan dengan Partai Politik dengan politisinya. Mereka masih beranggapan, bahwa dirinya hanya dipergunakan sebagai alat untuk meraup suara saja.
Apalagi para politisi saat ini gemar mengobral janji-janji muluk saat kampanye. Gemar melontarkan ketakutan-ketakutan untuk mempengaruhi konstituen di daerah pemilihannya. Apalagi sistem Pemilu kita, masih rentan untuk berlakunya sistem politik uang (money Politics).
Belum terlambat lagi untuk kita sama-sama instropeksi diri, belum telat lagi untuk sama-sama berbenah diri.
Menciptakan pemilu yang damai, tanpa menebarkan ketakutan-ketakutan. Menciptakan pemilu yang bersih, tanpa harus menerapkan sistem serangan fajar. Akan mengurangkan angka Golput terus menanjak di kemudian hari.