Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di antara Rohingya, Genosid, dan Kealpaan Diri

24 April 2013   16:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1366797130738824490

[caption id="attachment_239846" align="aligncenter" width="300" caption="Foto diambil dari http://zerqaabid.blogspot.com/"][/caption]

Bau amis darah menyeruak seketika pemikiran kerdilku Aroma daging sayat terbakar tercium mengambang sampai beribu batu Jasad-jasad tergeletak terbiarkan  menjadi kuburan terbuka Erangan kesakitan melantunkan syair yang terlupa Teriringi nyanyian sendu dari rumah-rumah yang terbakar Menjadi epilog basi diantara cerita-cerita genosid yang terbiar

Saudaraku Etnik Rohingya !! Keberadaanmu menambah cerita-cerita penghabisan manusia Kelahiranmu hanya menjadi momok berita dunia Kau bukan sebagian dari isi bumi ini Kau memang diciptakan untuk dimusnahkan Karena warnamu tidak sama dengan kebiasaanku Karena suaramu tidak seirama dengan kearoganku Itulah alasan-alasan para pemusnah cerita dunia

Saudaraku Etnik Rohingya !! Mengapa mereka yang sering berteriak tentang kemanusiaan terdiam ? Mengapa mereka yang sering berbicara HAM terpaku ? Karena engkau tak layak dijadikan sebuah alasan Karena engkau tak bisa dijadikan uang saku Karena engkau tak bisa menjadikan para donatur tersenyum Karena engkau dan engkau Hanya segelintir manusia-manusia yang tidak layak menyita pemikiran kurcaci dunia

Saudaraku Etnik Rohingya !! Aku ingin berlabuh sebentar diantara riuh dukamu Aku ingin menyatu dengan simpati-simpatimu yang bertebaran Mendengarkan kesahmu tentang ketidakadilan Mendengarkan tentang pagelaran pembunuhan massal Aku berusaha memisahkan adat dan etika Aku berusaha meminggirkan perjuangan dan agama Namun apa yang engkau dapat..? Harapanmu kian terbakar di bumi pagoda Harapanmu terlerai memenuhi selat Melaka

Pagelaran demi pagelaran yang engkau suguhkan tak mampu menggugah mereka Operamu tak laku di lakon pentas dunia Dari pentas dunia Arab sampai Eropa ceritamu mengalir biasa Karena engkau bukan siapa-siapa Karena engkau tidak membuatkan mereka tertawa Abadilah ketidakmampuan merasakan derita manusia Kekallah ketidakadilan mewarnai cerita dunia

Kuala Lumpur, 24 April 2013 Bangkitlah bersama Phoenix yang terlambat Saudaraku ROHINGYA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun