Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Animo Berbeda dalam Pilpres di Kuala Lumpur

5 Juli 2014   21:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:20 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan para pemilih bebas menentukan di mana akan memilih baik di KBRI ataupun SIKL tanpa prosedur yang rumit mengenai pemindahan TPS. Namun masih banyak kesalahpahaman yang ditimbulkan oleh para pemilih lewat POS. Ada yang masih membawa surat suara Pos ke tempat TPS dan mau menyerahkan kepada petugas KPPSLN. Namun karena mekanisme dan waktu yang berbeda, maka surat suara POS diserahkan kepada PPLN untuk ditukar dengan surat suara yang bisa memilih secara langsung di TPS. Dan ini harus dijadikan inspeksi oleh PPLN dan Panwaslu, agar ke depannya nanti dapat diminimalisasi dengan memperbanyak penyuluhan dan sosialisasi ke tempat tumpuan WNI.

Sampai pukul 13.00 tengah hari, arus kedatangan para pemilih di SIKL masih terus ramai berdatangan. Kalau pada pagi harinya yang banyak kelihatan adalah para ibu rumah tangga, kaum ekspatriat dan para pelajar. Sedangkan setelah jam 12.00, golongan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berbagai sektor mulai berdatangan. Seperti mana yang dikatakan salah seorang TKI asal Madiun Agus Purwanto (27), "Teman-teman dari Shah Alam sedang menunggu bus untuk datang memilih. Mereka banyak yang meminta cuti atau bekerja setengah hari."

Sempat terpikir mengapa pada pileg yang lalu tahap kedatangan  hanya di bawah 25%, sedangkan pada pilpres kali ini mendapat sambutan berbeda. Ketika ditanyakan kepada salah satu petugas PPLN KL, Masrur (32) mengatakan, "Ada dua indikasi yang membedakan kehadiran para pemilih di pileg dan pilpres, yaitu masyarakat Indonesia di Malaysia masih menganggap pileg sebagai jalan pintas sebagian caleg untuk mendapat kekuasaan. Apalagi para pemilih umumnya nggak kenal siapa yang akan dipilih.

Beda dengan pilpres, para pemilih lebih mengetahui siapa yang akan dipilih apalagi dibantu pihak media baik media massa, elektronik, dan media sosial yang menggembar-gemburkan."
Apa pun semoga pilpres yang mencatat sejarah tersendiri, begitu ketat dan penuh persaingan dapat mengantarkan seorang pemimpin yang benar-benar mampu mengemban amanat yang diembannya. Yang kalah masih bisa membangun negara dengan menjadi oposisi yang baik dan kritis sehingga yang memegang tampuk kekuasaan tetap dalam rel yang benar. Yang menang harus segera melaksanakan semua janji serta visi dan misinya yang ditawarkan sewaktu kampanye.

selamat memilih
salam dari Kuala Lumpur

[caption id="attachment_314150" align="aligncenter" width="300" caption="Mendapat pengamanan dari pihak Kepolisian Republik Indonesia"]

14045460531034742669
14045460531034742669
[/caption]

[caption id="attachment_314152" align="aligncenter" width="300" caption="Dibantu oleh Polisi Malaysia dari Polis Di Raja Malaysia"]

14045460961806302671
14045460961806302671
[/caption]

[caption id="attachment_314153" align="aligncenter" width="300" caption="Hendrawan Mantan Pebulutangkis kita dan Duta Besar Indonesia Untuk Malaysia Herman Prayitno"]

1404546148222211783
1404546148222211783
[/caption]

[caption id="attachment_314154" align="aligncenter" width="300" caption="Mendapat liputan dari Agensi berita asing salah satunya Bernama Malaysia"]

1404546221742613423
1404546221742613423
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun