Persuasive Communication
“Who Says It” : Source Factors in Persuasion
Dalam persuasi, karisma merupakan hal yang penting karena orang yang ingin mempersuasi orang lain haruslah memiliki karisma. Kharisma merupakan salah satu modal bagi orang yang ingin berpersuasi, dengan memiliki karisma, orang-orang akan tertarik untuk melihat dan mendengarkan apa yang akan disampaikannya. Contohnya saja Barack Obama. Kehebatannya dalam berpidato sudah tampak ketika pada Konvensi Partai Demokrat tanggal 27 Juli 2004 di Boston. Obama membacakan pidato yang selalu dikenang publik dunia berjudul The Audacity of Hope. Bahkan karena kehebatannya dalam berpidato, para pengamat mencatat bahwa pidato Obama dalam konvensi terakhir itu hanya berada di bawah rating pidato legendaries tokoh kulit hitam, Martin Luther King yang dikenal dengan jargon “I Have A Dream’ yang dijadikan sebagai tonggak perjuangan persamaan hak atau anti-diskriminasi.
Jika melihat Obama berpidato, bagaimana mungkin orang tidak terpukau. Dengan setiap gerak tubuhnya, suaranya dan intonasinya saja sudah cukup mampu membuat publik merasa tertarik apalagi ketika ia menyampaikan pidato-pidatonya yang berbobot. Sebenarnya apa yang ada pada diri Obama inilah yang dapat dikatakan sebagai karisma. Sebagian orang percaya bahwa kharisma diturunkan dari langit dan hanya untuk orang-orang terpilih saja. Kharisma seringkali disebut sebagai ‘X Factor’ ketika kita tidak bisa menjelaskan secara pasti apa yang membuat kita tersihir, tertarik dengan orang tersebut meskipun baru pertama kali bertemu.
Orang karismatik datang dari berbagai kepribadian dan latar belakang yang berbeda. Sebut saja John F Kennedy dan Adof Hitler yang sama-sama karismatik dan mampu membakar semangat audiens lewat pidato-pidato mereka. Dalam pidato suara mereka terkesan berapi-api, lain halnya dengan Nelson Mandella yang berpidato dengan suara lembut namun tetap tidak kehilangan karismanya. Bill Clinton berkepribadian hangat dan selama menjabat sebagai presiden terkenal dengan kebijakannya yang sentris berusaha mencari konsensus dari berbagai pihak.
Aura karisma dapat diperoleh dengan latihan. Mempelajari bahas tubuh hanyalah bagian kecil dari latihan. Setiap orang memiliki karisma sesuai dengan kepribadiannya masing-masing. Dalam lingkungan kompetitif dimana semua orang berebut mendapat perhatian, kemampuan mempengaruhi orang untuk sejalan dengan idealisme, misi dan ide kita sama pentingnya dengan kompetensi teknis.
Understanding the Communicator
Terdapat tiga dasar karakteristik komunikator menurut Kelman, yaitu:
1. Authority
Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikan. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memilki sumber daya penting (critical resource).
2. Credibility
Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas atau kekuatan untuk menimbulkan keprcayaan. Dalam hal ini, kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator.
3. Social Attractiveness
Atraksi adalah daya tarik komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik (fisik), misalnya komunikator disenangi atau dikagumi yang memungkinkan komunikan menerima kepuasan. Daya tarik fisik adalah satu yang dapat menyebabkan pihak lain merasa tertarik kepada komunikator
Komunikator merupakan kunci dalam persuasi. Konsep karisma terlintas dalam pikiran kita ketika berpikir tentang komunikator, dan untuk alasan yang baik: komunikator karismatik akan menarik perhatian penonton dan memengaruhi sikap dengan cara bijak. Karisma melibatkan sejumlah karakteristik, tidak dipahami dengan baik, dan untuk alasan ini peneliti telah mencoba untuk memecah istilah tersebut dengan lebih detail dan spesifik.
Source: Richard M. Perloff: "Dynamics of Persuasion"
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H