Mohon tunggu...
Mahfud Achyar
Mahfud Achyar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - I am a storyteller based in Jakarta, Indonesia.

Undergraduate in Linguistics Studies, University of Padjadjaran, Bandung | Postgraduate in Corporate Communication Studies, Paramadina Graduate School of Communications, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Video "Sang Patriot" Persuasi atau Propaganda?

18 Maret 2014   23:25 Diperbarui: 28 Januari 2020   15:02 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source: https://www.youtube.com/watch?v=0aSRCkGSkxo 

Analisis Video “Sang Patriot” Persuasi atau Propaganda?

Menurut saya, video “Sang Patriot” yang berdurasi 33:48 menit ini dikategorikan persuasi, bukan propaganda. Video tersebut dapat dikatakan sebagai biografi Prabowo Subianto yang dikemas secara audio visual yang menceritakan secara runtut riwayat hidup seorang Prabowo Subianto, mulai dari silsilah garis keturunan para pahlawan dan bangsawan hingga jenjang karir Prabowo sebagai seorang milter dan kini menjadi seorang politisi.

Fakta-fakta yang mendeskripsikan bahwa Prabowo “Seorang Patriot” juga turut didukung oleh pernyatan-pernyataan bernas dengan menampilkan sosok Dr. Peter Cray sosok sejarawan dari Oxford University; adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo; serta pengamat sejarah dan politik seperti Fadli Zon.

Sang Adik, Hashim Djojohadikusumo, menceritakan bagaimana dengan runtut sosok kakak yang sedari kecil sudah memiliki karakter yang kuat untuk menjadi seorang pemimpin. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dalam keluarga besarnya senantiasa tertanam value semangat juang layaknya satria seperti aksi heroik leluhur Prabowo Subianto pada perang jawa yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro. Tidak hanya itu, secara eksplisit Hashim Djojohadikusumo menekankan bahwa jiwa satria memang ada dalam diri seorang Prabowo Subianto.

Selanjutnya, Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa pada tragedi 1998, Prabowo disebut-sebut salah satu aktor dari tragedi tersebut karena militer tidak dapat melindungi masyarakat sipil. Selain itu ada kabar yang menyebutkan bahwa Prabowo berniat melakukan kudeta pada pemerintahan pada saat itu. Namun, video “Sang Patriot” tersebut berusaha mengklarifikasi bahwa Prabowo tidak terlibat pada peristiwa naas masa silam tersebut. Berbagai fakta yang mendukung posisi Prabowo disampaikan oleh berbagai narasumber.

Video ini nampaknya media yang cukup efektif dalam mencitrakan secara positif Prabowo sebagai calon Presiden Indonesia yang memang layak dipilih oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berdasarkan latar belakang keluarga, track record karir dalam bidang militer dan politik, hingga aksi presitius yang pernah digagas Prabowo yaitu mengibarkan merah putih di puncak tertinggi di dunia, Everest.

Berdasarkan analisis di atas, jelas video “Sang Patriot” adalah strategi dari Prabowo Subianto beserta timnya untuk mempersuasi masyarakat Indonesia agar memilih dia pada pemilihan presiden tahun 2014 ini.

Menurut teori, persuasi adalah sebuah proses simbolik di mana komunikator mencoba untuk meyakinkan orang lain untuk mengubah sikap atau perilaku mereka atas suatu isu melalui pengiriman pesan dalam situasi pilihan bebas. (Perloff, 2010).

Dalam video “Sang Patriot”, ada banyak simbol-simbol yang jelas dan langsung (straight) seperti simbol kepahlawanan, kepemimpinan, dan kekuatan yang divisualisasikan melalui cuplikan-cuplikan gambar pada video. Pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak dan video tersebut berhasil memberikan persuasi baik itu kadarnya sedikit atau banyak tentang citra Prabowo sebagai Sang Patriot.

Sementara itu, propaganda adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekolompok orang. Menurut Ellul (1965), seringkali propagada tidak menyampaikan informasi secara objektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Kadang kala isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.

Sebetulnya ada banyak irisan persamaan antara persuasi dan propaganda. Roger Brown, psikolog, membuat perbedaan antara propaganda dan persuasi. Persuasi sebagai bentuk manipulasi digunakan untuk membentuk perilaku orang lain dan persuasi bisa disebut sebagai propaganda jika seseorang menilai perilaku yang ditimbulkan sebagai akibat dari persuasi bermanfaat bagi yang mempersuasi, bukan pada orang yang dipersuasi. Dengan kata lain tidak ada kriteria khusus untuk menentukan mana tindakan persuasi dan mana propaganda. Hal ini hanya berdasar pada penilaian seseorang. Sejauh teknik yang digunakan berkaitan, maka antara persuasi dan propaganda adalah identik.

Propaganda umumnya pesan disebarkan lewat persuasi. Sementara dalam persuasi, transmisi pesan tidak selalu lewat media. Pesan bisa disampaikan lewat komunikasi langsung, interpersonal, organisasi dan sebagainya. Propaganda umumnya berwujud kontrol total, satu sisi, dan tidak memberikan pilihan bebas (free choices) kepada khalayak. Sebaliknya dalam persuasi, bujukan tidak diiringi dengan ancaman.

Key word: Persuasive Communication

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun