Â
Di balik papan tua itu
Yang menjadi saksi bisu
Nyawa-nyawa bermunculan ke dunia
Aku salah satunya
Dari perempuan tangguh pantang menyerah
Walau keringat menderas
Darah bersimbah
Berjuang melawan maut, tak berbatas
Dari terbit matahari hingga terbit matahari
Sampai dua tahun enam bulan hitungan
Antara terpejam dan terjaga, bukan sehari
Untuk sibuah hati belahan jiwa sepanjang zaman
Namun, kala air susumu menjadi darahku
Hingga berwujud daging membungkus tulang dan otakku
Aku hanya cerdas bergelut dengan waktu
Terpesona dan larut dalam hiruk pikuk sandiwara dunia
Kadang lupa akan baktiku padamu yang tak ternilai harganya
Tubuh dan pikiranku terpenjara oleh masa
Dari nafasmu ada sampai tiada
Ibu,,,,
Maafkanlah aku
Meskipun tubuhku jauh dengan jasadmu
Doaku selalu menyertaimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H