Mohon tunggu...
Mahfudh Harun
Mahfudh Harun Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis dan senang berbagi

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lidah

27 Februari 2016   23:50 Diperbarui: 28 Februari 2016   01:06 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="abisyakir.wordpress.com"][/caption]

 

 

Aku menatap dari celah awan membelah
Sebuah bayangan
Dan memperhatikannya dari setiap sisi
Sepertinya hewan melata sempurna
Sirip dan kukunya mirip manusia

Namun aneh, ia mencari makan dengan lidahnya
Menjulur panjang sampai ke ulu hati
Semakin kutak mengerti

Setiap matahari membuka mata kehidupan
Ia putar frekwensi pikiran pada gelombang kehausan.
Ya dengan signal super rakus, tidak putus-putus
Di sana selalu menyajikan berita utama
Tentang aroma uang dan brangkasnya
Dipandu syaitan berlagu

Dalam perjalanan selalu melewati jalan sunyi nan basah
Hingga dudukpun sukanya sekursi lembab, anehlah
Ia dikawal setan-setan dari cakrawala
Dari luar dan dalam urat darahnya
Setan yang ia simpan dalam saraf selepas senja

*****

Aku yang punya rasa
Mengelus-ngelus dada
Menyayapkan cita pada ketiak cinta
Terbang bersama angin jauh ke dalam angin
Lalu menguapkan nafas menghilang, mengawan, dan mengudara
Menyelip-nyelip diantara celah-celah bulir hujan senja
Dengan secuil aroma luka dusta tercium dalam ruang hampa

Melayang-layang seperti Elang di balik bilik awan
Hampir sesat, lalu kudaratkan dengan pelangi warna

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun