Jadi, kalau dari pagi-sore ada waktu kosong atau ada waktu di mana saya bisa buka laptop, maka waktu tersebut akan saya gunakan untuk menulis dan menyelesaikan naskah saya. Memang jadi tidak jelas kapan waktu nulisnya. Namun, di tengah kesibukan saya yang seperti sekarang, hal itu sepertinya cukup efektif. Alhamdulillah sampai detik ini tak pernah satu hari pun saya tidak menulis.
Kalau ternyata dalam satu hari itu waktu kosongnya tidak ada, biasanya saya mengalihkan dengan membuat postingan di Instagram. Walau bukan menulis naskah, tapi sama-sama menulis bukan?Â
Intinya, yang penting dalam satu hari itu kita wajib nulis.Â
Apapun itu tulisannya. Bisa tulisan di media sosial bikin status, menyelesaikan naskah pribadi, menulis di kompasiana, menyelesaikan naskah antologi, dan sebagainya.Â
Karena ini dari tulisan saya ini adalah agar teman-teman bisa meningkatkan kemampuan menulis dengan rajin menulis. Biar kemampuan menulis kita tidak menurun. Biar otak kita terbiasa memikirkan ide-ide kreatif.
Kedua: Skala prioritas
Kebanyakkan penulis itu, bukannya mereka tidak bisa mengatur waktunya dengan baik. Atur waktu itu gampang. Ikuti saja tips pertama saya di atas. Kenapa banyak penulis yang tidak bisa konsisten menulis?Â
Itu karena mereka belum menjadikan menulis sebagai salah satu aktivitas prioritas dia. Sehingga, ya begitulah. Nulis kalau ada maunya saja. Nulis kalau dipaksa saja. Nulis kalau lagi semangat-semangatnya saja.
Jadi, kalau saat ini kamu punya pekerjaan primer yang memang harus diprioritaskan, maka sekarang ada satu tambahan lagi yang harus kamu masukkan ke dalam list pekerjaan primer, yaitu menulis.Â
Kalau kamu hanya menjadikan menulis sebagai pekerjaan tersier saja, karyamu tidak akan bertambah, kemampuanmu akan lambat berkembangnya. Namun kalau dijadikan prioritas, saya yakin akan cepat berkembangnya. Saya sudah merasakan itu.
Jadi, teman-teman harus menjadikan menulis itu sebagai aktivitas yang wajib. Baru setelah itu, susun agendanya. Mau nulis setiap jam berapa sampai jam berapa saja. Itu baru benar. Karena, kalau aktivitas menulis masih dijadikan aktivitas tersier, wajar saja kalau karyamu tidak terbit-terbit.