Mohon tunggu...
Mahesta Lulu
Mahesta Lulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki hobi menulis khususnya dalam bidang analisa sosial

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Biologi, Jurusan Alternatif atau Jurusan Buangan?

27 Oktober 2023   22:45 Diperbarui: 27 Oktober 2023   22:47 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokter, profesi yang mulia ini memang seringkali menjadi sasaran dalam pilihan cita-cita dari mayoritas orang. Sejak masa sekolah dasar mungkin kita pernah mendengar atau bahkan diri kita sendiri pernah mengimpikan untuk menjadi seorang dokter. Saat masih kecil, alasan ingin menjadi dokter tidak berasal dari hal yang muluk-muluk. Asalkan profesi itu terlihat keren maka cepat sekali seorang anak itu jadi sangat menginginkannya. Akan tetapi, ketika sudah beranjak dewasa maka kemudian alasan ingin menjadi dokter disini berubah drastis. Salah satunya tidak jauh-jauh dari betapa cemerlangnya karir seorang dokter. Gaji yang menjanjikan, tempat kerja yang bisa dibilang nyaman, bahkan ada yang mengatakan dengan menjadi dokter maka masalah jodoh saja bisa diatasi dengan mudah. Itu adalah anggapan bagi seorang remaja yang belum mengetahui betapa sulit dan betapa banyaknya halang rintang untuk hanya sekedar masuk ke sekolah kedokteran. Terlebih sekolah kedokteran tidak bisa dibilang enteng. Menempuh pendidikan selama kurang lebih empat tahun itu saja hanya untuk mendapatkan gelar sarjana, sedangkan untuk menjadi dokter yang bisa bekerja secara profesional masih banyak tahapan yang perlu dijalankan dimana memakan waktu kurang lebih hingga tujuh tahun. Itu baru dokter umum, jika ingin menjadi dokter spesialis maka tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. 

Namun kembali seperti yang telah dikatakan di awal, persoalan mengenai waktu yang lama untuk menempuh pendidikan kedokteran hingga spesialis ini akan terasa percuma jika seleksi masuk ke sekolah kedokteran umumnya saja belum tercapai. Tetapi hal ini tidaklah mengherankan dikarenakan pada tahap ini pun memang sudah sangatlah sulit. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran, sebelumnya seseorang haruslah menghadapi ujian masuk yang saingannya sudah bukan ribuan orang lagi, melainkan puluhan ribu orang. Lautan manusia sebanyak itu harus dihadapi dalam sekali waktu jika benar-benar ingin menempatkan nama dalam daftar urutan mahasiswa di Fakultas Kedokteran. Di samping itu terdapat beberapa alasan lainnya mengapa Jurusan Kedokteran tergolong sulit. Hal ini termasuk pada banyaknya biaya yang mesti dikeluarkan saat akan masuk ke jurusan ini dan akan semakin banyak uang yang harus digelontorkan saat sudah sah menjadi mahasiswa disana. Berdasarkan pada fakta yang demikian, maka tidak jadi sebuah hal yang baru ketika banyak pendaftar sekolah kedokteran yang gugur dalam perjuangannya. Banyak dari mereka yang tidak lolos seleksi dan banyak dari mereka yang terpaksa menjalani jurusan alternatif yang biasanya diletakkan pada pilihan kedua. Pilihan inilah yang menjadikan jurusan tersebut dalam bahasa sarkasnya sering diartikan sebagai jurusan buangan para pendaftar Jurusan Kedokteran. 

Biologi, salah satu ilmu eksakta yang dikenal secara umum sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai makhluk hidup. Manusia, hewan, tumbuhan, bakteri, dan lain sebagainya itulah yang dipelajari disana. Secara keseluruhan materi kuliah dalam jurusan ini tidak banyak yang terlalu mengena jika disandingkan dengan mata kuliah di Jurusan Kedokteran. Kecuali beberapa mata kuliah pilihan yang sudah terspesifikasi di bidang kesehatan. Meski begitu, faktanya banyak mahasiswa Jurusan Biologi yang sebenarnya adalah mahasiswa yang tidak lolos seleksi masuk Jurusan Kedokteran. Para mantan pendaftar Jurusan Kedokteran ini memiliki alasan yang beragam ketika memilih Jurusan Biologi sebagai pilihan alternatifnya. Yang pertama, sebagian menganggap ilmu yang dipelajari di Jurusan Biologi masih sebelas dua belas dengan ilmu yang dipelajari di Jurusan Kedokteran. Contohnya seperti materi biokimia yang mempelajari mengenai proses-proses kimia dalam tubuh manusia. Anggapan itu bisa jadi masuk akal karena dalam kesehatan pun kita perlu mengetahui proses apa saja yang terjadi dalam tubuh sebelum mengetahui bagaimana tubuh itu bisa terserang penyakit. Ditambah dalam pembelajaran di Biologi pun cukup luas karena adanya sistem praktikum yang beberapa kegiatan prakteknya mengharuskan untuk menggunakan hewan sebagai objek percobaan maka dengan demikian mahasiswa yang tadinya mengincar Jurusan Kedokteran Hewan pun bisa memuaskan ambisinya disini. Selain pembelajaran mengenai sistem kimiawi dan praktikum yang melibatkan hewan dipelajari juga mengenai struktur-struktur dan sistem kerja dalam tubuh manusia dimana ilmu itu kemudian juga menjadi dasar untuk bisa mengetahui datangnya sebuah penyakit dan cara menanganinya atau lebih lazim dikatakan sebagai obatnya. Dan bicara soal obat, banyak yang mempertanyakan kenapa pilihan kedua yang diambil tidak diletakkan pada Jurusan Farmasi saja. Hal ini bisa mudah dijawab karena pada dasarnya profesi apoteker yang merupakan jebolan Jurusan Farmasi sangat berbeda dengan profesi dokter. Singkatnya, mereka ingin menjadi dokter  yang memeriksa sebuah penyakit, memberikan diagnosa, lalu menuliskan resep obat. Bukannya malah membuat obat. Meski masyarakat awam tidak jarang mengaitkan antara kedua profesi ini, nyatanya dari segi gaji dan karir maka profesi dokter sangat jauh lebih unggul daripada profesi apoteker. Menanggapi hal ini maka tak ayal terhadap pola pikir mahasiswa yang ingin sukses pastilah enggan jika dihadapkan dengan pilihan untuk menjadi apoteker. Ibarat kata memilih antara kantong uang yang memiliki warna yang sama tapi bobot yang berbeda. Kemudian di lain sisi meskipun terkesan agak melenceng jauh, ada juga pertanyaan mengapa kemudian tidak mengambil Jurusan Kimia yang mempelajari sistematika kimiawi dan organik. Jawaban yang biasa dilontarkan adalah karena jurusan ini lebih sulit, lagipula Jurusan Kimia justru tidak terlalu menyentuh proses-proses kimia dalam makhluk hidup, sedangkan Jurusan Kedokteran nantinya akan terus berhubungan dengan makhluk hidup sebagai pasiennya. Dan kedudukan Jurusan Kimia yang juga sebagai salah satu ilmu eksakta tentu disini tidak dipelajari etika-etika dalam menangani pasien sehingga menjadikan jurusan ini akan tampak sangat melenceng jika ingin dijadikan sebagai sebuah pilihan alternatif. 

Kesimpulannya, apakah Jurusan Biologi kemudian dapat meng-cover mahasiswa mantan pendaftar Jurusan Kedokteran? Apakah ilmu yang dipelajari di Biologi dapat mengantarkan mereka untuk menjadi dokter? Jawabannya tentu saja tidak. Prosedur menjadi dokter seperti yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki prosesi yang rumit dan panjang serta orang-orang yang berhak menjalani tahap-tahap itu nantinya pastinya adalah para mahasiswa kedokteran bukan mahasiswa biologi. Itulah mengapa Jurusan Biologi ini dianggap sebagai sebuah alternatif saja. Alasannya adalah daripada menganggur selama setahun karena tertolak seleksi masuk Jurusan Kedokteran maka lebih baik tetap menempuh pendidikan kuliah dan selebihnya selama masa pembelajaran di Biologi mereka akan belajar untuk mempersiapkan seleksi masuk Jurusan Kedokteran di tahun berikutnya. Dan selanjutnya kenapa pula Jurusan Biologi dianggap sebagai tempat buangan para pendaftar sekolah kedokteran? Sebenarnya itu hanyalah bahasa kasarnya, bahasa yang lebih baik mungkin bisa dikatakan bahwa Jurusan Biologi ini adalah tempat menumpang bagi para mantan pendaftar sekolah kedokteran. Sisanya bagi mereka yang sudah kehabisan jatah mencoba tes seleksi atau mereka yang sudah menyerah berjuang akan tetap dianggap sebagai mahasiswa biologi yang mendambakan jurusan sebelah. Nama ini diambil karena seperti yang telah diuraikan bahwa kedua jurusan ini bagi sebagian orang memang sebelas dua belas, bagai pinang dibelah dua, serupa tapi tak sama. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun