Mohon tunggu...
Mahessa Kholiviar
Mahessa Kholiviar Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya seorang mahasiswa yang menggemari aktivitas perekenomian termasuk dengan kesenjangan ekonomi yang masih ada di sekitar kehidupan saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesamaan Terkait Retorika dan Dakwah

14 Juni 2024   17:36 Diperbarui: 14 Juni 2024   17:38 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Mahessa Kholiviar dan Syamsul Yakin (Mahasiswa dan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Hubungan antara retorika dan dakwah sangat erat. Retorika adalah seni berbicara, sedangkan dakwah berarti mengajak dengan berbicara. Dakwah yang disampaikan dengan bahasa yang indah akan menarik perhatian pendengarnya, ini disebut dakwah billisan.

Retorika mencakup komunikasi verbal, baik lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, ada dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Dakwah tidak hanya dilakukan dengan berbicara tetapi juga dengan tulisan.

Retorika juga mencakup komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun online. Dalam dakwah, ini disebut dakwah bilhal, yang bisa dilakukan secara online maupun offline. Dalam retorika, dikenal bahasa tubuh dan gerakan tubuh, yang dalam dakwah berfungsi sebagai contoh atau role model.

Retorika telah berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, demikian juga dakwah berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian agama yang sistematis, logis, dan dapat diverifikasi. Retorika dimulai sebagai warisan budaya dan berkembang, dakwah juga berkembang menjadi ilmu dakwah.

Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Pesan dakwah, yang terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak, juga dapat disampaikan dengan cara-cara tersebut. Bahkan, tujuan retorika dan dakwah, dalam batas tertentu, sama-sama edukatif.

Dalam tujuan retorika persuasif, dakwah memiliki metode seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang harus disampaikan dengan lemah lembut.

Retorika mengharuskan penggunaan bahasa yang baku, berdasarkan data dan riset. Hal yang sama berlaku untuk dakwah, baik billisan, bilkitabah, maupun bilhal. Apalagi, mengingat pendengar dakwah semakin kritis dan rasional.

Dalam retorika, Aristoteles memperkenalkan pathos, logos, dan ethos. Para dai harus memiliki ketiganya, baik intelektual maupun spiritual. Namun, dalam konteks pathos, ekspresi sedih atau gembira dai bukan hanya sekadar retorika.

Untuk berdakwah, dai harus menguasai retorika verbal dan nonverbal. Sebaliknya, beretorika juga diharapkan memasukkan konten dakwah, baik akidah, syariah, maupun akhlak. Dakwah tanpa retorika lumpuh, retorika tanpa muatan dakwah buta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun