Mohon tunggu...
Adam Alif Raihan
Adam Alif Raihan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta

Seorang Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persepsi Public Relations Terhadap Keputusan PSSI Mencopot Shin Tae Yong

14 Januari 2025   17:36 Diperbarui: 14 Januari 2025   17:36 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PSSI Erick Thohir memberikan keterangan pers terkait pemberhentian pelatih Shin Tae-yong STY,  (Foto: Dwi Pambudo)

Persepsi Public Relations Terhadap Keputusan PSSI Mencopot Shin Tae Yong

Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk memberhentikan Shin Tae-yong (STY) dari posisi pelatih Timnas Indonesia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 telah menjadi pusat perhatian publik dan media. Langkah ini memicu berbagai reaksi yang mencerminkan beragam persepsi dari para penggemar sepak bola, tokoh publik, hingga media nasional dan internasional. Dalam diskusi yang berkembang, beberapa pihak menilai bahwa keputusan tersebut kurang tepat karena terjadi di tengah kompetisi penting, sementara pihak lain berpendapat bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari strategi PSSI untuk meningkatkan performa tim di masa mendatang. Reaksi publik di media sosial sangat beragam, dengan warganet menunjukkan rasa kecewa, sedih, hingga kritik terhadap waktu pemecatan yang dianggap tidak mendukung kestabilan tim.

Kontribusi Shin Tae-yong selama masa kepelatihannya menjadi salah satu topik yang banyak dibahas. STY dianggap sebagai pelatih yang mampu membawa perubahan positif bagi Timnas Indonesia, termasuk keberhasilannya membawa Indonesia kembali ke Piala Asia setelah absen selama 16 tahun, dan meningkatkan peringkat FIFA. Selama kepemimpinannya, tim juga menunjukkan peningkatan performa dalam beberapa turnamen besar, yang membuatnya mendapatkan tempat khusus di hati penggemar sepak bola Indonesia. Dengan latar belakang ini, banyak pihak yang merasa bahwa keputusan PSSI kurang adil, terutama mengingat dedikasi dan pencapaian yang telah diraih oleh pelatih asal Korea Selatan tersebut.

Media internasional juga menyoroti keputusan PSSI dengan berbagai perspektif. Beberapa media mempertanyakan alasan di balik pemecatan Shin Tae-yong, terutama mengingat bahwa pelatih ini telah berhasil membawa Indonesia ke jalur yang lebih kompetitif di tingkat internasional. Kritik terhadap PSSI datang dari berbagai arah, termasuk dugaan bahwa keputusan ini dipengaruhi oleh tekanan internal atau eksternal yang belum sepenuhnya dijelaskan kepada publik. Sorotan media ini memperlihatkan bahwa langkah PSSI tidak hanya menjadi isu domestik tetapi juga mendapat perhatian global, mengingat popularitas sepak bola sebagai olahraga yang menghubungkan banyak negara.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam konferensi persnya, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah evaluasi menyeluruh. PSSI menyatakan bahwa ada kebutuhan untuk memperbaiki strategi permainan dan komunikasi antara pelatih dan pemain. Penjelasan ini, meski memberikan konteks, tidak sepenuhnya meredakan kekecewaan publik yang telah menganggap Shin Tae-yong sebagai simbol harapan baru bagi sepak bola Indonesia. Penilaian dari para analis juga menunjukkan bahwa ada ketegangan antara opini publik dan keputusan strategis organisasi seperti PSSI, di mana tekanan sosial dan ekspektasi tinggi sering kali memengaruhi arah kebijakan.

Di tengah kontroversi ini, penting bagi PSSI untuk memperjelas visi dan arah kebijakan mereka kepada publik. Transparansi dalam pengambilan keputusan dapat membantu mengurangi kritik dan membangun kembali kepercayaan masyarakat. Selain itu, langkah ke depan yang lebih jelas dan strategi jangka panjang yang kuat akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa perubahan ini benar-benar membawa manfaat bagi sepak bola Indonesia.

Dari sudut pandang Public Relations, langkah PSSI dapat dinilai sebagai sebuah kebijakan strategis yang membutuhkan komunikasi yang sangat hati-hati. Ketika keputusan tersebut diumumkan, reaksi publik menunjukkan kekecewaan besar, terutama dari kalangan penggemar sepak bola yang telah menyaksikan transformasi signifikan Timnas di bawah kepemimpinan STY. Publik memandang STY bukan hanya sebagai pelatih, tetapi juga sebagai simbol harapan akan era baru dalam sepak bola nasional, yang selama bertahun-tahun berada di bawah bayang-bayang kekecewaan. Dalam situasi ini, PSSI sebagai institusi menghadapi tekanan untuk menjelaskan bahwa keputusan tersebut tidak hanya beralasan, tetapi juga didasarkan pada evaluasi strategis yang mendalam demi kepentingan jangka panjang tim nasional.

Analisis mendalam menunjukkan bahwa keputusan ini berisiko menciptakan krisis reputasi bagi PSSI jika tidak dikelola dengan baik. Sebagai badan pengelola sepak bola, PSSI memiliki tanggung jawab besar untuk mempertahankan kepercayaan publik, terutama karena olahraga ini merupakan bagian penting dari identitas nasional. Narasi publik yang berkembang saat ini sebagian besar menempatkan PSSI dalam posisi yang defensif, dengan tudingan bahwa pemberhentian STY dilakukan secara tergesa-gesa atau tanpa alasan yang cukup kuat. Ketika institusi menghadapi persepsi negatif seperti ini, upaya PR yang strategis harus diarahkan untuk merekonstruksi narasi yang lebih positif dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun