Kekalahan Ahok di Pilkada DKI bukanlah anti klimaks dari banyaknya kegaduhan dan panjangnya aksi yang terjadi selama masa pra pemilu sampai pasca pemilu. Ahok sebagai petahana secara mengejutkan kalah dari seorang mantan mentri pendidikan.
Berdasarkan data yang dirilis KPU menyebutkan pasangan nomor 3 Anies-Sandi unggul dengan memperoleh 3.240.379 suara. Sedangkan pasanagan nomor urut 2 Ahok-Djarot memperoleh 2.351.438 suara. Ada selisih sebesar 888.941 suara.
Pertanyaannya adalah apakah kekalahan Ahok dipemilu merupakan tujuam ahir? Artinya ya memang sudah ini saja yang di perjuangkan selama ini. Jika kekalahan Ahok merupakan tujuan ahir maka bukan rakyat yang menang tapi tetap Ahok dan para pendukung dibelakangnya (baca pengusaha, cebong intelektual dan tuyul sosmed) yang menang.
Bukan pengusaha jika tidak memiliki planning cadangan, bukan politisi jika hanya memiliki satu strategi. Kubu Ahok pasti sudah menyadari dan menyiapkan strategi jika Ahok kalah dalam pertempuran. Faktanya walaupun Ahok kalah tetap saja tuyul sosmed tetap berkeliaran menyebar berita hoax dan fitnah. Belun ada tanda-tanda berhentinya serangan fitnah dan berita hoax yang menyasar para pengguna sosial media.
1. Lippo Group
Anies difitnah didukung oleh Lippo. Padahal Lipo sudah sah sangat terang adalah pendukung tulen Ahok. TOMMY WINATA dibilang di belakang Anies baswedan sangat tidak mungkin karena TW sangat setia pada gurunya yaitu Aguan. Aguan ini Agung Sedayu Group yang getol memperjuangkan reklamasi.
Kedekatan Ahok dengan Lippo sudah bukan rahasia lagi. Bahkan Ahok dengan bangga menceritakan kedekatan staf pribadinya dengan Lippo. Bisa dibayangkan kalau stafnya saja memiliki hubungan dekat dengan Lippo apa lagi pimpinannya. Hal yang mudah dicerna bukan.Â
FYI di Pilkada DKI Lippo Group menjadi salah satu penyandang dana Tim Kampanye AhokÂ
2. Kemenangan Anies adalah kemenangan para pengusaha