Budaya yang dilestarikan generasi muda pada saat ini dominan budaya barat atau luar. Bukan hanya itu saja, nilai-nilai Pancasila juga tidak digunakan atau luntur dari hal yang paling sederhana. Seperti pertemanan yang dilihat dari status agama atau warna kulit. Ironis memang, dalam masalah ini bukan nilai-nilai Pancasila saja tetapi semboyan bangsa Indonesia (Bhinneka Tunggal Ika) yang juga tidak dapat diterapkan dengan baik oleh generasi muda.
  Menjadi hak masing-masing masyarakat untuk memilih setiap agama yang dianutnya, kita sebagai generasi muda tidak boleh memandang pertemanan dengan melihat status agama atau warna kulit. Sesuai dengan  Pancasila sila ke-5 (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) sudah jelas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki hak disetiap individu  termasuk dalam hak memilih agama yang dianut. Ada juga semboyan bangsa Indonesia yang artinya "berbeda-beda tetapi tetap satu jua" menunjukkan perbedaan yang ada di Indonesia merupakan satu kesatuan yang wajib dijunjung tinggi dan dijaga kelestariannya termasuk perbedaan warna kulit.
  Generasi muda harus diberikan sosialisai yang benar tentang nilai-nilai Pancasila. Bagaimana jika generasi muda tetap tidak menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi dan dasar negara?
  Bukti nyata adalah jawaban yang tepat untuk generasi muda yang tidak percaya jika kita sudah menjelaskan apa saja akibat yang akan di terima oleh Indonesia jika kita tidak menjaga nilai-nilai Pancasila. Reog Ponorogo, Kuda Lumping, Keroncong, Batik, Gamelan merupakan budaya Indonesia yang diakui oleh bangsa lain akibat sedikit dari banyaknya generasi muda yang melestarikan budaya tersebut. Budaya yang sudah diakui oleh bangsa lain itu bisa kita perlihatkan kepada generasi muda sebagai contoh apabila kita tidak menerapkan atau menjaga nilai-nilai Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H