Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) yang mengatasnamakan masyarakat Rembang menolak pembangunan dan beroperasinya pabrik Semen Indonesia di Kecamatan Gunem, Rembang. Seperti diketahui, PT Semen Indonesia selaku BUMN membangun pabrik semen di Rembang sejak peletakan batu pertama, pada Juni 2014, telah mengahabiskan anggaran mencapai 4,5 triliun rupiah.
Aktivis JMPKK, Joko Prianto, beralasan masyarakat Rembang menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia akan merusak lingkungan dan hilangnya kawasan cekuangan air tanah (CAT).
Namun hal tersebut dibantah oleh, Dwi Joko Suprianto, Tokoh Masyarakat Desa Tegaldowo, Rembang, saat ditemui dalam kegiatan CSR PT Semen Indonesia Pelatihan Budidaya Pepaya Calina, pada Kamis (6/10). Menurutnya warga Rembang yang menolak beroperasinya pabrik Semen Indonesia hanya sebagian kecil. Dari 5 desa yang berada di Ring 1 lokasi pabrik semen, hanya warga dari 2 desa.
“Lima desa yang berada di Ring 1 itu Timbrangan, Tegaldowo, Kadiwono, Pasucen dan Kajar. Dan hanya warga dari Tegaldowo dan Timbrangan saja yang menolak. Itu pun sedikit jumlahnya. Tapi ada pihak luar yang mengoordinir sehingga terkesan banyak.” Kata Dwi Joko.
Dikatakannya, JMPPK merupakan organisasi bentukan Gunretno, tokoh masyarakat Pati, yang mengatasnamakan masyarakat Rembang.
Bahkan menurut Dwi Joko, kegiatan tambang di wilayahnya bukan hal yang baru, sejak tahun 1995 sudah ada 9 perusahaan tambang swasta yang melakukan penambangan.
“Kami ingin menyampaikan suara kebenaran yang selama ini simpang siur dan tertutup oleh kepentingan pihak luar, bahwa khususnya Ring 1, mayoritas mendukung beroperasinya pabrik Semen Indonesia di Rembang” pungkas Dwi Joko.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H