Mohon tunggu...
Mahens
Mahens Mohon Tunggu... Freelancer - swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

tertarik hal baru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budaya Bancakan di Kalangan Anggota Dewan

4 Mei 2024   08:05 Diperbarui: 4 Mei 2024   08:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesta demokrasi oleh sebagian masyarakat merupakan momentum yang dinanti dimana mereka dapat memiliki peluang untuk meraup keuntungan secara finansial dengan cara memanfaatkn dana kampanye dari para caleg, sebagian lagi memanfaatkan situasi tersebut untuk mencari dana pembangunan infrastruktur kampung atau lingkungannya, bahkan ada juga yang hanya fokus berjualan data kirka hasil mengarang indah tanpa peduli nasib si pemberi yang berjuang untuk bisa mendapatkan kursi.

Tidak dapat dipungkiri juga tradisi tersebut dikarenakan para caleg itu sendiri yang telah dilakukan bertahun tahun dimana ketika mereka berhasil mendapatkan perolehan suara yang cukup lantas mereka melupakan nasib para pendukungnya yang telah bekerja keras mengumpulkan suara baginya. Maka tidak heran bila berkembang pemikiran di masyarakat yang memanfaatkan situasi tersebut untuk mendapatkan kruntungan sebanyak banyaknya, toh semisal si valeg sudah jadi si caleg bakal melupakan perjuangan para pendukungnya.

Sementara itu dari sisi para caleg, untuk turut serta menjadi caleg ternyata bukan hanya tidak mudah, tetapi juga tidak murah. rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk menjadi caleg di tingkat kabupaten atau kota masing-masing caleg harus meyediakan dana sebesar 1 milyar, untuk menjadi caleg tingkat provinsi setidaknya harus sedia dana sebesar 3 milyar dan untuk dapat naik di tingkat pusat harus sediakan dana sebesar 10milyar. Itupun sifatnya gambling, belum tentu menang. Karena prinsip di masyarakat adalah terima uangnya tapi untuk pilih calegnya nanti saja. kalau calegnya dikenal baik ya oke kalau tidak kenal ya entah.

Bila mau jujur berhitung, maka sangat mustahil Indonesia memiliki anggota dewan yang benar-benar bersih dari tindak pidana korupsi. Itu dikarenakan antara pendapatan bersih selama bertugas 5 tahun (gaji pokok+tunjangan x masa jabatan + uang pensiun) tidaklah mencukupi dibanding biaya yang telah digelontorka n semasa kampanye. Kalaupun ada profit paling jumlahnya hanya beberapa ratus juta..Jelas itu tidak sebanding. Maka biasanya yang dilakukan para caleg adalah memfokuskan diri untuk dapat balik modal. Sakinh sibuknya mencari crlah untuk balik modal sampai lupa dengan nasib para pendukungnya sendiri. Uang dan kedudukan membuat para anggota dewan lupa daratan, lupa pada ajaran agama, bahkan lupa kepada ajaran ibu mereka yang susah payah membesarkan mereka dengan doa dan cucuran airmata..

Untuk para caleg dimanapun berada bila membaca tulisan ini, ingatlah, Tuhan melihat sampai dikedalaman hati, Ingatlah juga perjuangan dan kasih sayang ibu kalian. Korupsi hanya akan menghinakan perasaan dan nama baik ibu yang telah melahirkan kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun