Ini tentang adikmu yang kau panggil Khan
Tentang mimpi perjalanannya melintasi lautan
Bersama lelaki yang berjanji membawakan sebuah sampan
Berukirkan cinta dengan dua nama yang dipahatkan
Ia memulai cerita dengan bunga-bunga
Tak peduli duri yang melukai
Mengotori gaun putihnya
Menusuk tapak kaki yang kini melunglai
Pada bait rindu yang kau bakar menjadi abu
Ada api yang bersembunyi di bilik masa lalu
Ada debu yang dulu menciummu tanpa malu
Menggeliat dalam kumpulan sajak yang kini menjadi batu
Khan, kau bukanlah Cinderella
Dalam mimpi tak bertuan yang menggenggam tangan sang putera raja
Tak ada ksatria yang bersembunyi dan berlari
Pada medan kurusetra yang hendak kau singgahi
Tak kau lihatkah tangannya menyimpan belati
Dibalik mawar yang tajam lagi berduri
Tak kau lihatkah senyum keji
Saat ia bersama gadis yang dulu sering kau puji
Lelaki itu kini menghantu
Membawa lari setiap detak jantungmu
Di balik singgasana ia bersembunyi
Bak tebing tinggi yang siap mengelincirkan para pendaki
Di tepi senja yang menenggelamkan
Aku ingin katakan
Khan, lupakan
Tangerang, Maret 2021
Mahendra Paripurna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H