Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Daun Gugur dan Penyapu Jalan

3 Maret 2021   15:25 Diperbarui: 3 Maret 2021   15:42 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: posjateng.id



Daun-daun gugur sebelum waktunya
Ditiup badai yang menghempas ranting pepohonan
Diguyur derasnya hujan yang turun semalaman
Lalu meringkuk dalam lumpur dan debu jalanan

Masih dalam rintik hujan pagi
Lelaki itu mengukur aspal jalanan
Sembari mengutuk awan gelap yang tak jua hendak beranjak
Meratapi ujung-ujung sapu lidi yang telah patah setengahnya

Tuan, bolehkah aku bertanya?
Untuk apa kau serajin itu menyapu jalan-jalan kota
Tidakkah itu hanya sia-sia belaka
Esok hari daun-daun dan debu akan tetap jatuh disana

Terima kasihkah yang kau harap?
Dari pengendara yang tadi melontar sampah ke trotoar nan gelap
Atau pujian yang tak pernah sampai
Karena terjegal ambisi para kepala daerah yang tengah sibuk melantai

Laju kendaraan mengoyak keheningan
Lembayung mentari mengintip di balik gedung-gedung menjulang
Mencoba menerka apa yang tersirat di benak dan angan
Dalam selimut asap knalpot yang berteriak jalang

Kring... kring... suara gawai lelaki itu berbunyi.
Terdengar suara bentakan di ujung telepon genggam.
Lelaki yang sepertinya seorang atasan berbicara dalam nada marah.
Mengeluhkan kinerja sang penyapu yang katanya kurang memuaskan.

Dalam lebam mata yang kian berkaca-kaca

Terucap kata dari lidah nan tercekat


Aku dipecat...

Daun-daun gugur sebelum waktunya
Ditiup badai yang menghempas ranting pepohonan
Diguyur derasnya hujan yang turun semalaman
Lalu meringkuk dalam lumpur dan debu jalanan

Tangerang, Maret 2021
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun