Perlintasan kereta adalah sebuah perbatasan antara kehidupan dan kematian
Berdenyut saat gerbong-gerbong kereta menjejakkan roda-roda di atasnya
Lalu kembali pada keheningan
Usai rangkaian ular besi menghilang di ujung pandangan mata
Suara roda yang memekakan telinga
Bak tetabuhan pengusir siluman saat gerhana
Membuat orang enggan mendekat
Terkadang takut untuk sekedar datang merapat
Tapi tidak wanita muda itu
Ia masih setia menanti datangnya kereta senja
Sepasang matanya menatap penuh haru biruÂ
pada ujung lintasan besi, seolah meraba adakah getaran di sana
Bisik-bisik mulut usil yang melihatnya
Tak jua mengusik pikirannya
Hanya janji yang melekat di ingatan
Dari seorang kekasih yang pernah singgah dipelukan
Aku akan datang dengan kereta senja
Sabar dan tunggu aku di sana
Terngiang sebuah kata manis
Yang membuat kelopak matanya mendadak gerimis
Gerimis juga yang menjadi pengiring senja
Kala rerumputan melambai dengan nakal
Dan cumbu mesra dua anak manusia
Berubah menjadi tarian kuda binal
Kecupan kening dari sang lelaki
Menjadi pertanda akhir pertemuan
Terukir sebait janji
Dan mimpi tentang indahnya pelaminan
Akan kutunggu engkau
Di setiap senja yang akan kutemui
Wanita itu berjalan gontai dan bumi seolah tak lagi terjangkau
Jalanan seolah tak lagi mampu ia susuri