Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dingin

6 Desember 2020   00:19 Diperbarui: 6 Desember 2020   00:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin mendesau
Menyelusup di sela-sela daun jendela
Membawakan pesan
Semilir pada kulit yang kian membiru
Tentang perjalanannya seharian menjelajahi kota

Dingin,


Angin itukah yang membuatmu


Meringkuk di balik selimut awan tebalmu


Lalu mengapa sudut matamu berkilau cahaya?


Kabar apa yang tlah ia bawa
Tak bosankah ia membawakan sekeranjang duka
Atau berita tentang dia yang kembali ingkar janji
Tuk menghiasi angkasa

Kemarin kau katakan
Malam ini kan kau cicipi kesunyian
Bersamanya
Sampai kokok ayam jantan
Pertanda fajar tiba
Kemana nyanyian ceria yang kau bawakan seusai petang

Dingin,


Tak kudengar suara


Dalam senyap
Samar ku lihat rembulan
Menitikkan air mata di balik awan hujan
Karena malam ini
Sang bintang enggan menjumpai lagi kekasihnya
Menutup diri dalam jubah gulita angkasa

Hanya tetesan-tetesan air yang kian lebat
Membasahi tubuhku yang menyatu dalam pekatnya tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun