Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Kecanduan Gawai pada Anak ala Santri Mushola di Masa Pandemi

22 Oktober 2020   21:38 Diperbarui: 22 Oktober 2020   21:41 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Dadang bersama santri saat menerima hibah buku Iqra dan Alquran dari seorang donatur (Dok.Ustadz Dadang)

Di masa pandemi seperti ini andai seluruh keluarga Indonesia ditanya satu persatu mengenai aktivitas apa yang sekarang paling banyak dilakukan oleh anak mereka selama di rumah, sudah pasti mereka semua akan seragam menjawab bermain gawai. Tidak bisa dipungkiri gawai dengan berbagai kecanggihan yang ada memang sangat lengkap isinya. Mulai dari yang positif hingga negatif ada di dalamnya.

Dari anak kecil hingga yang dewasa aktif menggunakannya. Karena banyak juga informasi yang bisa diperoleh di dalamnya. Yang jadi permasalahan penggunaan gawai pada anak banyak yang hanya berfokus pada "game online". Membuat aktifitas sosial dan belajar anak terganggu.

Jika sudah sampai kecanduan gawai, ini akan membuat anak malas belajar, apalagi mayoritas kegiatan belajar anak saat pandemi hanya dilakukan secara daring. Susah sekali membangkitkan semangat belajar anak untuk membaca buku pelajaran dan menyelesaikan tugas sekolahnya. Belum lagi efeknya bagi kesehatan mata dan tubuhnya yang jadi jarang bergerak.

Sudah jamak terlihat di lingkungan kita orang tua yang mulai mengalami stress karena anak tak mau belajar bahkan lupa makan karena gawai. Di sisi lain karena tak ada kegiatan lain yang menarik juga memaksa anak tak bisa lepas dari gawai.

Kegundahan ini juga tak luput dari perhatian salah seorang pemuka agama di tempat tinggal kami. Ustadz Dadang, demikian orang biasa memanggilnya. Beliau berinisiatif untuk mengaktifkan pengajian di mushola kami, Mushola Nurul Jannah.

Sebenarnya sudah lama beliau mempunyai ide tersebut. Tapi kesibukannya sebagai pembimbing jamaah umroh di salah satu biro perjalanan haji dan umroh tidak memungkinkan untuk hal ini.  

Sebelumnya sebulan mungkin bisa dua atau tiga kali beliau mendampingi jamaahnya. Sedangkan selama pandemi kegiatan umroh memang ditiadakan guna memperkecil resiko penyebaran Covid 19. 

Saat ini sesekali beliau masih sering diundang melakukan kajian dan ceramah namun secara virtual oleh jamaahnya. Praktis aktivitasnya lebih banyak di rumah dan mushola.

Santri belajar Iqra dan Alquran (Dok.Ustadz Dadang)
Santri belajar Iqra dan Alquran (Dok.Ustadz Dadang)
Awal mulanya hanya satu dua anak saja yang tertarik untuk ikut. Seiring waktu makin banyak yang ikut serta menjadi santri di mushola kami. Semua peserta pengajian dipanggil dengan sebutan santri oleh Ustadz kami.

Layaknya pesantren, aktifitas belajar mengaji sudah di mulai selepas waktu shalat shubuh sambil menunggu waktu syuruq tiba dan setiap usai shalat wajib 5 waktu. 

Untuk membiasakan para santri shalat berjamaah di mushola. Khusus saat shalat maghrib biasanya pengajian lanjut hingga isya. Dan baru berakhir setelahnya. Disana di buka kelas Iqro dan juga kelas Al Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun