Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Pilih Uang atau Peluang

21 Oktober 2020   12:47 Diperbarui: 21 Oktober 2020   12:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/Heru Sri Kumoro

Banyak orang yang merasakan dilema saat dihadapkan pada pilihan uang ataukah peluang. Sebelum mulai membaca tulisan ini saya ingin memberi tahu terlebih dahulu. Jangan berharap ini adalah tulisan yang berat, berisikan banyak pendapat ataupun teori tentang ekonomi maupun filsafat karena kalian pasti salah alamat. Mungkin juga kurang tepat jika saya katakan ini tulisan yang memikat karena isinya memang kurang padat.

Ini cuma tulisan ringan yang enak dinikmati selepas pagi hari nan sepi ditemani sepotong roti dan juga nikmatnya secangkir kopi. Atau saat istirahat di siang hari sembari selonjorkan kaki. Ah kita mulai sajalah kenapa juga saya jadi berpuisi begini.

Antara Uang dan Peluang

Jika ada yang menawarkan kepada saya pilihan antara uang atau peluang. Maka saya akan pilih uang. Karena menurut saya uang adalah dasar dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan berikutnya. Buat yang tidak setuju mohon jangan protes dulu ya. Hehehe.

Uang dan peluang bisa jadi misteri Illahi seperti halnya teori tentang ayam dan telur yang mana lebih dulu awal ada. Ada seseorang yang bermula dari memperoleh peluang dia bisa mendapatkan sejumlah uang. Tapi ada juga seseorang yang dengan uangnya mampu menciptakan peluang-peluang baru yang ada.

Dari sejumlah teori dan pendapat para pakar, penulis akan mencoba membahasnya dari segi kata per kata. Tentunya ini bukan berdasarkan standar bahasa yang terbukukan dalam fatwa ahli-ahli bahasa di kitab-kitab resmi seperti KBBI. Namun ini hanya versi psikologi kata, yang saya dapat sewaktu bertapa. Hehehe.

Uang adalah suatu kata penuh arti yang harus terdiri dari empat huruf tersebut. Menjadi tanpa makna jika kita hilangkan salah satu hurufnya. Andai saja tanpa huruf U hanya akan menjadi Ang, tak ada artinya bukan.

Sebagai kata dasar maka uang ini juga menjadi lebih penting karena dengannya kita bisa mendapatkan kebutuhan kita yang lainnya. Coba kita tambahkan kata 'Uang' dengan 'Pel' maka kita bisa mendapatkan 'Peluang'. Ini artinya dengan uang kita bisa menciptakan peluang.

Argumentasi yang lainnya pemerintah dengan UU Cipta Kerja juga membutuhkan dana yang walaupun belum jelas bagaimana nanti detail pembiayaannya untuk program JKP (Jaminan Kehilangan Pekerjaan) demi menciptakan peluang-peluang. Walaupun seperti pendapat awal saya yang rasanya banyak di dukung oleh para buruh lebih memilih uang dibanding JKP tersebut dalam arti jumlah pesangon kembali seperti semula sebesar 32 kali gaji biarlah nanti pekerja mencari peluangnya masing-masing.
Lho kok jadi serius begini. Maaf-maaf. Padahal tadi saya sudah berjanji menulis yang ringan-ringan saja. Hadeuh.

Uang dan Ruang

Berikutnya jika kita tambahkan dengan huruf 'R' maka akan jadi kata 'Ruang'. Dengan uang bisa kita dapat ruang untuk berusaha, ruang tinggal, ruang keluarga, ruang rindu dan ruang untuk berbicara. Ya, ruang berbicara dimana rakyat dapat berbicara dengan kesejukan hati karena uang telah mensejahterakan mereka. Takkan adalagi yang akan berbicara penuh emosi, berorasi dengan berapi-api karena membayangkan hari esok yang mungkin tak bisa lagi makan nasi.

Uang dan Luang

Dengan tambahan huruf 'L' di depan 'Uang' akan didapat kata 'Luang'. Adanya uang membuat kita bisa memanfaatkan waktu luang. Berlibur bersama keluarga, mengunjungi teman dan saudara yang akan meredakan ketegangan akibat beratnya beban pekerjaan ataupun bahkan bisa menciptakan peluang usaha baru dalam proses sosialisasi dengan masyarakat lainnya.

Jangan sampai kita dipaksa untuk kerja, kerja, kerja namun tak mendapatkan sejumlah uang bahkan tak lagi bisa menikmati waktu luang.

Peluang memang penting tapi di masa pandemi ini rasanya masyarakat lebih memerlukan uang untuk menyambung kehidupannya. Mereka lebih berfikir dengan apa saya membeli makan untuk hari ini dan esok nanti.

Saya sih tidak sedang berusaha untuk memaksakan seseorang untuk setuju dengan pilihan saya. Dan tak guna juga saya marah-marah ataupun berkata,


"Karena memang itu uang. Kalau saya sudah bilang versi pilihan saya itu uang, ya dia uang. Kenapa membantah lagi?"

Karena setiap orang bebas berekspresi dalam alam demokrasi tanpa melupakan intuisi dan hati nurani. Berbedapun tak mengapa. Dalam bahasa jawanya "I am not your father" atau "Aku gak papah" versi Inggris dari 'Aku ra popo'. Hehehe.

Kalau kamu bagaimana, pilih uang atau peluang? Atau ada yang punya tambahan lain untuk kata uang sehingga menjadi kata lain yang punya arti.

Kalian boleh komen disini ya.

Tangerang, Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun