Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Cerita Arwah Seorang Aktivis

18 Oktober 2020   23:08 Diperbarui: 18 Oktober 2020   23:32 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hans, begitu biasa orang memanggilnya, dia adalah mahasiswa semester 3 di sebuah kampus seputaran wilayah Jakarta. Dia adalah adik kelasku namun dari fakultas yang berbeda.

Hans adalah seorang aktivis kampus, sama sepertiku. Dia aktif di berbagai kegiatan dan menjadi salah satu anggota badan eksekutif mahasiswa di kampusku.

Muda, ganteng dan aktivis pula. Selaku gadis normal akupun diam-diam mengaguminya layaknya mahasiswi lain yang banyak menaruh hati padanya. Dari bisik-bisik yang kudengar ia masih belum memiliki pacar. Selama ini aku memang belum pernah melihatnya jalan ataupun pulang bersama seorang gadis.

Sering aku berusaha menegurnya saat kita tak sengaja berpapasan tapi ia seperti tak mempedulikanku. Menatapku saja tidak, seolah menganggapku hanya angin lewat saja. Tapi hal ini tak pernah mempengaruhiku untuk tetap mengaguminya.

Hari-hari ini aktivitas kampus yang sebelumnya sunyi karena adanya pandemi kini mulai ramai lagi. Bukan oleh kegiatan belajar yang sudah mulai normal tapi karena munculnya issue sensitif yang memancing mahasiswa turut serta menyuarakan aspirasinya.

Tak terkecuali Hans. Sering kulihat ia rapat bersama teman-temannya untuk mematangkan rencana aksi demo mereka sampai larut malam. Menjelang tengah malam biasanya mereka baru bubar menyisakan Hans seorang diri yang lebih memilih untuk tidur di kampus.

Tidak banyak orang yang berani tinggal lewat dari tengah malam seperti Hans. Karena banyak mahasiswa yang mengaku mengalami berbagai hal yang misterius disini. Mulai dari suara tawa sampai munculnya penampakan makhluk menyeramkan. O iya. Mungkin aku lupa bercerita mengenai kampus kami.

Dulu kampus kami pernah menjadi tempat terjadinya salah satu peristiwa paling bersejarah dan berdarah saat para mahasiswa menyuarakan aspirasinya. Banyak mahasiswa terbunuh saat aparat keamanan memaksa menerobos masuk wilayah kampus dan memberondong mahasiswa dengan peluru panasnya.

Malam ini Hans tertidur pulas karena lelahnya di ruang unit kemahasiswaan. Hujan yang turun dengan derasnya membawa angin dingin yang mendirikan bulu roma. Mendadak lampu ruangan mati.

Hans masih terlelap tanpa menyadari ada tangan sedingin es yang membelai pipinya. Samar  tercium semerbak wangi bunga melati.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun