Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Marah, Sayang

12 Februari 2019   18:09 Diperbarui: 12 Februari 2019   18:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan marah, Sayang
Jika tak sanggup kupetikkan untukmu bintang gemintang
Namun kan kupintal untukmu akar pepohonan hutan
Untuk kau jadikan tangga ke langit sebagai pijakan

Biarlah ku habiskan umurku
Hingga dapat kau titi sampai tak ada lagi kata meragu

Jangan marah, Sayang
Memang tak mampu ku bawakan intan permata
Karena tanganku lelah dan terluka
Oleh tajamnya bebatuan yang kugali sedari pagi hingga senja

Mungkin hari ini tak kenyang makan kita
Tapi cukuplah 'tuk mengisi lambung sekedar penghilang lapar dan dahaga

Jangan marah, Sayang
Jika kau rasa hidup ini kelabu
Karna kakiku kan terus menggurat tanah-tanah berdebu
Tuk lapangkan jalan wujudkan mimpi indah yang kita tuju

Biarlah tak mengapa
Susah, ku yakin hanyalah sementara
Karena pelangi kan bersinar pada waktunya

Kan kubawakan keping-keping bahagia
Hingga tak lagi dapat kulihat mentari terbenam di cakrawala


Tangerang, Februari 2019
Mahendra Paripurna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun