Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dalam Hening Kulihat Rembulan Menangis

21 Januari 2019   09:02 Diperbarui: 21 Januari 2019   09:32 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hening kulihat rembulan menangis
Sesenggukan membelah senyapnya malam
Tetesan air mata yang tak ada habis
Menyentuh tanah-tanah kering dan pepohonan yang dilanda muram

Mungkin kau menyangka
Rembulan sedang lelah
Mengejar mentari yang berlarian di angkasa
Seakan rindu yang tak jua bertemu langkah

Bukan, bukan itu
Rembulan tlah pasrah akan mentari
Serupa takdir kematian yang pasti bertemu
Memegang janji tuntaskan rindu di hari akhir nanti

Angkara murka di dunia
Sumpah serapah anak manusia
Taburi bumi dengan cuka neraka
Membuat bergolak ketenangan dataran dan samudera

Lihatlah gunung-gunung tak henti keluarkan amarah
Lautan terus menggulung resah
Sementara perut bumi bergetar memendam muntah
Siap merekah dan terbelah

Air mata kesedihan itu tertumpah
Melihat pesan dari Sang Pencipta
Untuk insan yang terus ingkar dan berbuat salah
Tak pandai membaca peringatan alam seolah buta

Terselip air mata bahagia akan kasih yang terus merapat
Penanda waktu jumpa yang kian mendekat
Bersua mentari sang kekasih hati
Di Hari Perhitungan yang mungkin kan datang sebentar lagi

Tangerang, Januari 2019
Mahendra Paripurna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun