Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramainya Slogan "Lawan Orde Baru", Efektifkah untuk Jokowi Mendulang Suara

21 Desember 2018   15:32 Diperbarui: 21 Desember 2018   15:52 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc.pribadi: Mahendra Paripurna

Maraknya kembali kata Orde Baru digunakan untuk kampanye politik layaknya jebakan-batman bagi yang pro Jokowi. Pendukung Jokowi seperti kebakaran jenggot dan terlalu reaktif terhadap pancingan cuitan Titiek. Sehingga ada kesan ketakutan akan pesona Soeharto menggembosi suara dari PDIP. Sehingga ramai-ramai mengulas hal ini.

Istilah Orde Baru sendiri merupakan ciptaan dari Soeharto yang secara psikologi digunakan untuk mendegradasi kharisma Soekarno dan pemerintahannya. Istilah ini bersamaan juga dengan diciptakannya istilah Orde Lama untuk merujuk pada pemerintahan Soekarno.

Mengkampanyekan tagar "Lawan Orde Baru", yang seolah-olah monster yang siap bangkit, alih-alih untuk mengalihkan suara massa agar tidak memilih Prabowo. Justru bisa memunculkan masalah baru.

Sisi psikologis dari Orde Baru yang terkait dengan Orde Lama bisa saja memunculkan kembali bayangan akan sisi positif dan negatif dari kedua orde besutan Soeharto tersebut.

Munculnya kampanye "Lawan Orde Baru" yang merujuk pada ajakan untuk tidak mendukung Prabowo. Memunculkan pikiran di benak publik tentang Orde Lama dengan segala sisi negatifnya. Bisa saja ini dimaanfaatkan oleh kubu pro Prabowo untuk memunculkan kampanye tandingan "Lawan Orde Lama" yang merujuk pada ajakan menolak Jokowi yang notabene diusung PDIP sebagai penerus partai besutan Soekarno (Orde Lama).

Jika ini terjadi maka akan terulang lagi pertempuran antara pendukung kedua orde tersebut yang terfokus pada dua figur Soekarno dan Soeharto.

Sejarah mencatat selain Orde Baru, Orde Lama juga mencatatkan sejarah kelam bangsa ini terkait keganasan PKI yang memakan banyak korban walaupun ini masih jadi perdebatan umum mengenai Aktor Intelektual di balik semuanya. Yang akan memunculkan kembali ketakutan dan trauma dari masyarakat dan umat islam pada umumnya yang banyak menjadi korban saat itu. Dan anggapan bahwa kedua orde tersebut juga masing-masing pernah mengusung presiden yang dianggap otoriter terhadap lawan-lawan politiknya karena lama keduanya memimpin negara ini.

Kampanye "Lawan Orde Baru" yang digaungkan juga secara tidak langsung, sama seperti halnya PSI, bisa mengusik soliditas partai pendukung Jokowi, dalam hal ini Partai Golkar yang merupakan partai bentukan Soeharto. 

Bagaimanapun juga kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun di Golkar sedikit banyak membawa aura keberpihakan dari pendukung partai tersebut terhadap dirinya. Sehingga bisa saja di tingkat pengurus partai ataupun akar rumput membelot secara diam-diam dari Koalisi saat pemilu nanti.

Jika memang ingin menunjukkan bahwa koalisi Jokowi solid dalam mengelola suara dari Partai Nasionalis dan Islam tentunya harus mulai memikirkan lagi setiap komunikasi politik dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah agar tidak lagi bermanuver negatif. Yang berimbas pada penggembosan suara pendukungnya.

Mungkin ada baiknya kedua paslon baik Jokowi maupun Prabowo untuk meninggalkan cara-cara lama kampanye politik yang selalu menyerang lawan politiknya dengan issue-issue di masa lalu. Hal ini bisa membangkitkan luka lama bangsa ini. Sehingga sulit untuk bergerak untuk kemajuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun