Mohon tunggu...
Mahendra Paripurna
Mahendra Paripurna Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya di Swasta

Pekerja Penyuka Tulis Baca, Pecinta Jalan Kaki dan Transportasi Umum yang Mencoba Menatap Langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebulir Penantian

4 Desember 2018   17:01 Diperbarui: 4 Desember 2018   17:07 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi edit fr.:pixabay.com

Ribuan jemu mungkin kan warnai waktu
Tiap kali ku menanti dengan segulung rindu
Penuh lintasan ragu
Yang mengganggu
Sampai kelak bertemu

Penantian ini
Buat angan indahku kadang berlari
Tak henti
Kadang terbakar api
Berulangkali
Hingga terjatuh dan mati

Rembulan yang terus menua
Bawa segumpal rasa
Iringi sebaris tangis dan tawa
Luapkan dalamnya luka
Yang kian terbuka

Entah kapan
Kan bisa tuntaskan
Menanti cahaya datang menjemput impian
Dengan ribuan bayang kenangan
Yang berpendar di angan

Ku bersujud disini
Menanti kematian menjemput diri
Layangkan jiwa nan fana
Terbang melintasi dunia
Yang penuh fatamorgana

Hingga
Sang Kuasa
Tersenyum menyambutku
Tuntaskan segenap cinta dan rindu
Di pintu surga yang ku ketuk
Berharap Kau tutup pintu neraka yang terkutuk

Tangerang, Desember 2018
Mahendra Paripurna

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun