[caption id="attachment_368029" align="aligncenter" width="300" caption="Prabowo dan Jokowi di Koran Today Singapura (18 Oktober 2014)-dokumen pribadi"][/caption]
Bagiku, foto Prabowo dan Jokowi yang dimuat berbagai surat kabar hari Jumat lalu, adalah foto teridah sepanjang tahun ini,
Foto yang membuatku lega. Kekhawatiran Indonesia akan terpecah belah –semakin memudar.
Tak terasa butiran butiran air tertahan dipelupuk mata sebuah pertanda bahagia yang tak terkira.
(lebay mode on)
***
Di tahun 2004, aku pernah berkesempatan bekerja di Thailand. Di Saat itu, Thailand baru saja lepas dari dampak krisis ekonomi. Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dengan setrategy ekonomi yang memusatkan pada pemberdayakan kaum rakyat kecil (pro poor populist policy) telah mampu membawa pertumbuhan ekonomi Thailand berlari lebih kencang dari negara-negera tetangganya.
Terbukti kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil ini mampu mengeluarkan Thailand dari krisis ekonomi yang melanda asia tenggara di tahun 1997.
Setelah keluar dari krisis , visi Thaksin berikutnya adalah mewujudkan Thailand sebagai “Hub” atau pusat dari berbagai kegiatan ekonomi di wilaya asia tenggara. Ada 5 sektor strategis yang menjadi titik focus pemerintahan Thaksin untuk dikembangkan yaitu :
Kitchen of the World (pangan),
Detroit of Asia (otomotif),
Tropical Fashion of Asia ,
World Graphic Design and Animation Centre (software), dan
Tourism Capital of Asia (Pariwisata).
Di samping itu, Thaksin juga ingin menjadikan Bangkok sebagai “hub” pelayanan penerbangan yang menghubungkan Asia Tengaara dengan belahan bumi lainnnya . Hal ini diwujudkan dengan dibangunnnya airport internasional baru yang megah dan modern untuk dapat menyaingi dan mengambil alih peran airport Changi Singapura “hub” airport di wilayah asia tenggara.
Visi ini sangat mungkin untuk diwujudkan jika kondisi politik di Thailand stabil dan kondusif.
Namun sejarah mencatat hal yang sebaliknya. Di tahun 2006, Pemerinthan Thaksin mendapatkkan tekanan yang tajam dari pihak Oposisi yang dimotori kelas menengah thailand.
Berbagai tuduhan korupsi ditujukan kepadanya. Demonstrasi besar-besaran pihak oposisi yang dilambangkan dengan gerakan baju kuning terus menerus dilakukan. Thaksin merespon tekanan ini dengan membubarkan parlemen. Suatu tindakan yang semakin memperburuk kebuntuan politik di Thaialand dan memberikan justifiokasi bagi pihak militer untuk melakukan kudeta mengambil alih kekuasan pemerintahan demi menyelamatkan Negara.
Begitulah ,setelah pada akhirnya pihak oposisi mengambil alih pemerintahan, giliran pendukung Thaksin , yang dilambangkan dengan gerakan baju merah - melakukan tekanan dan demonstrasi besar-besaran menekan pemerintahan Anti Thaksin. Gerakan ini pada akhirnya dapat membawa kembali partai pendukung Thaksin menguasai pemerintahan dengan ditunjuknya Adik kandung Thaksin sebagai perdana menteri.
Namun, ketidak stabilan politik di Thailand tidak berhenti di situ. Lagi – lagi , kelompok baju kuning oposisi Thaksin menggalang demonstrasi besar-besaran, melumpuhkan pemerintahan dengan menduduki kantor kantor pemerintahan, yang pada akhrinya membuka jalan pada Militer untuk melakukan kudeta untuk yang kesekian kalinya mengambil alih pemerintahan denhan alasan untuk menyelamatkan Negara.
Begitulah yang terjadi di Thailand. Dalam 10 tahun terakhir 6 kali terjadi pergantian Perdana Menteri, dua diantaraanya oleh kudeta militer. Kegagalan rekonsiliasi politik di Thailand, telah membuat perkembangan ekonomi dan kemajuan Thailand yang sempat berlari kencang menjadi terhambat jalan di tempat.
Lalu , Siapakah mendapatkant keuntungan dari situasi di Thailand seperti ini? Yang jelas bukan pendukung ataupun penentang Thaksin.
Pihak asing , termasuk Indonesia, justru mendapatkan keuntungan dari ketidakstabilan politik di Thailand ini . Visi Thaksin untuk menjadikan negaranya sebagai “Detroit of Asia” / pusat manufaktur otomotif di Asia –( yang mengancam exodus industry otomotif dari Indonesia ke Thailand ), tidak terwujud. Yang terjadi Justru sebaliknya. Indonesia yang sekarang banyak diminati produsen otomotif dunia untuk dijadikan “Detroit of Asia" sebagai pilihan alternatif selain Thailand.
Pihak Asing lainnya, Singapura, juga dapat bernapas lega. Visi Thaksin untuk mengambil alih peran Changi sebagai “Hub” Airport di Asia tenggara tidak terwujud. Airport ini pernah lumpuh diduduki demonstran anti pemerintah. Ketidakstabilan politik di Thailand membuat perusahaan perushaan ternama “enggan” untuk menerima undangan pemerintah Thailand untuk menjadikan airport Bangkok sebagai Hub, titik hubung jalur penerbangan dari dan menuju asia Tenggara menggantikan peran Airport Changi Singapura.
**
Beberapa waktu lalu sempat bertebaran Berita dan wacana tentang penundaan atau bahkan pemboikatan pelantikan Jokowi sebagai presiden. Menyikapi berita ini, pendukung Jokowi merencankan mengerahkan massa untuk mengawal kesuksesan pelantikan Jokowi ini. Seruan untuk mengenakan baju putih di hari pelantikan Jokowi untuk memperjelas dukungan pada Jokowi sempat digembar-gemborkan.
Pada titik ini, aku seperti mengalami “de Javu” atas apa yang telah terjadi di Thailand. Perseteruan atas kelompok baju kuning dan kelompok baju merah yang membawa perpecahan dan kebuntuan politik di Thailand akan juga terjadi di Indonesia.
Kemiripan-kemiripan atas apa yang pernah terjadi di Thailand , diantaranya:
Di satu sisi Thaksin dan Jokowi sama-sama banyak di dukung oleh “rakyat kecil, di sisi lain koalisi anti Thaksin dan partai oposisi di Indonesia, banyak di dukung golongan menengah dan dan orang yang berpendidikan lebih tinggi (” (e,g dalam satu survey, dikatakan mayoritas pendukung Capres Jokowi – termasuk diriku- memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dibanding pendukung Capres Prabowo)
Kekuatan pendukung dan anti Thaksin relative berimbang. Begitu pula halnya dengan pendukung Jokowi dan Prabowo.
Kemiripan di atas membuat aku semakin khawatir apa yang terjadi di Thailand dalam 10 tahun terakhir akan juga terjadi di Indonesi. Kekhawatiran yang beralasan dan sangat nyata.
Begitulah, begitu aku menyaksikan foto di atas, aku menjadi terharu. Prabowo dengan jiwa besar dan patriotism yang tinggi, mau menerimma uluran tangan persahabatan rivalnya di pemilihan presiden yan lalu. Lebih dari itu, beliau menyerukan pendukungnya untuk mendukung presiden terpilih.
Sekilas, kita bias saja mengatakan bahwa apa yang dilakukan Prabowo di atas tidaklah istimewa. Itu adalah suatu hal yang biasa dan sudah seharusnya dilakukan Prabowo.
Namun, jika kita bandingkan dengan apa yang pernah terjadi di Thailand, apa yang dilakukan Prabowo di atas adalah suatu tindakan yang patriotik.
Dengan mengendalikan kekuatan koalisi merah putih di parlemen dan kekuatan masa militant pendukung Prabowo, seperti yang pernah terjadi di Thailand, Prabowo, bias saja mengupayakan langkah-langkah sistematis untuk menjatuhkan presiden terpilih.
Tapi, Prabowo memilih untuk tidak melakukannya. Karena kalau langkah itu diambil, perpecahan bangsa tidak dapat dihindari. Dan Prabowo tidak akan membiarkan hal itu terjadi di Tanah air yang dicintainya.
Indonesia tidak akan bisa jaya jika hanya digerakkan oleh pendukung koalisi merah putih.
Indonesia tidak akan bisa Hebat hanya jika digerakkan oleh koalisi Indonesia hebat.
Indonesia akan bisa semakin kuat jika di dukung oleh semua potensi kekuatan yang ada ,termasuk kekuatan yang ada dibakik koalisi merah putih dan koalisi Indonesia Hebat.
Sesuai judul tulisan ini: Indonesa- Merah Putih – Hebat!!!
Singapura, 18 Oktober 2014
Salam Persatuan
Mahendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H