Pada zaman ini ilmu teknologi dan informatika sangat berkembang pesat. Berbagai ilmu pengetahuan diciptakan oleh para ahli demi menunjang masa depan umat manusia. Ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil berpikir dan bereksperimen membuahkan berbagai teori yang suatu saat digunakan sebagai landasan dalam ilmu lainnya. Semua ilmu dan teori yang dikumpulkan menjadi sebuah pelajaran yang dibutuhkan bagi segenap umat manusia. Semua didapat dari adanya pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun seseorang menjadi pribadi yang mau bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya yakni sebagai pribadi dan sebagai bagian dari masyarakat. Pendidikan ini diharapkan mampu menuntun seseorang menjadi pribadi yang memiliki daya kritis dan terbuka sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya. Sesuai dengan UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.
Seiring perkembangan zaman, Indonesia kini sudah libatkan teknologi sebagai sarana bagi para siswa dan pendidik dalam melakukan pembelajaran. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan akan terus berupaya menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi informasi. Berbagai macam sarana prasarana dikerahkan untuk menunjang suksesnya pembelajaran. "Kita harus berinovasi memilih teknologi yang sesuai dengan pembelajaran. Yang tadinya guru memerintah (teacher center), sekarang student center pembelajaran (lebih) konstruktif untuk mendapatkan feed back dari anak sehingga kita bisa memperoleh pengetahuan juga dari anak didik," kata Gogot saat membuka Indonesia Edutech Expo 2020 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (6/2/2020). Tetapi, seberapa besarkah potensi yang diberikan teknologi dalam mengembangkan potensi siswa dalam belajar? Apakah mampu membantu anak untuk mendapatkan hasil yang lebih baik? Atau malah membuat siswa menjadi semakin malas?
Menurut KBBI, teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Artinya, teknologi bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menjalankan hidupnya. Teknologi hanya sebagai sarana, bukan sebagai kebutuhan.
Bila dikaitkan dengan pendidikan, di era sekarang ini pendidikan sudah melibatkan berbagai teknologi yang ada. Contohnya adalah penggunaan komputer dari masing masing sekolah dan saat pandemi kemarin hampir atau bahkan seluruh sekolah di Indonesia mewajibkan PJJ yang harus menggunakan teknologi sebagai penunjang dalam pembelajaran. Tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi para guru, orang tua, siswa, dan berbagai pihak lainnya karena dalam berbagai situasi mereka tetap mampu untuk melangsungkan pembelajaran. Tetapi apakah mereka merasa adanya suatu habitus baru yang timbul dari kedekatan siswa terhadap teknologi?
Idealnya teknologi digunakan dengan sebijaknya sesuai dengan kebutuhan para siswa dalam menunjang pembelajaran. Tapi dalam kenyataannya masih cukup banyak ditemui kasus penyelewengan dalam penggunaan teknologi untuk mempermudah mereka dalam mencari jawaban. Hal ini perlu diwaspadai karena dalam dunia digital saat ini cukup banyak tersebar infomasi mengenai jawaban-jawaban dalam soal ujian. Para siswa sangat mudah untuk mengakses blog blog yang tersebar untuk mendapatkan jawaban yang mereka inginkan dalam membantu menjawab soal. Dalam beberapa kasus yang saya temui, cukup banyak siswa yang menggunakan ponsel pintar dalam mencari jawaban. Baik jika itu digunakan saat mengerjakan tugas, namun tidak etis apabila digunakan saat kondisi sedang ujian. Tujuan dibuatnya teknologi akan tidak tercapai. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan dari para pendidik dan juga dari keluarga sendiri. Tak hanya dari sektor pendidikan, tetapi dari nilai kehidupan sendiri, cukup banyak situs situs yang menawarkan hal hal yang kurang baik dikonsumsi bagi para siswa.
Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk menunjang siswa dalam penggunaan teknologi secara bijak. Pertama adalah pengawasan dari keluarga sendiri sebagai orang terdekat. Orang tua berperan aktif dalam membantu mensukseskan pembelajaran baik secara daring maupun offline. Teknologi tak akan pernah luput dari kehidupan kita terutama dalam dunia pendidikan. Dengan adanya orang tua sebagai orang terdekat, maka anak akan mampu diarahkan dengan baik dalam penggunaan teknologi dalam menunjang kegiatan pembelajaran.
Kedua, monitoring guru terhadap para siswa. Guru sebagai orang tua kedua dalam mendidik anak perlu untuk dibekali informasi yang lebih dalam menghadapi kemajuan teknologi. Ketika guru sudah dibekali informasi tersebut maka harapannya guru mampu untuk mengarahkan atau ngemong para siswa dalam menggunakan teknologi.
Ketiga, adalah sikap pemerintah dalam mengambil tindakan tegas dalam mengurus dan mengontrol jalannya sistem pendidikan. Kemendikbud sebagai moderator dalam dunia pendidikan perlu dalam monitoring secara jelas dan transparan dalam menghadapi era digital ini. Memberikan inovasi inovasi yang jelas dan tentunya membangun untuk pembelajaran pembelajaran sehingga terjadi sinergi yang attraktif dari pihak siswa, guru, dan pemerintah dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Jumeri, STP.,M.Si, Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud dalam webinar Siberkreasi Hangout Online yang mengatakan bahwa "Kemendikbud terus berupaya untuk mendorong dan mengimplementasikan berbagai strategi agar penguasaan literasi dasar, termasuk literasi digital pada anak bisa menjadi sebuah kebiasaan baik. Seperti yang disampaikan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, selama pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukan hanya literasi numerasi saja yang disampaikan, tetapi juga bagaimana mendorong anak menjadi sosok yang critical thinking melalui project based learning activity," harapannya tidak hanya sekedar omong besar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H