Mohon tunggu...
Mahir Pradana
Mahir Pradana Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

Bandung

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Seorang Pelatih Teladan Bernama Petar Segrt

24 Februari 2013   00:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:48 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyambung postingan saya sebelumnya perihal para warga negara asing yang justru punya perhatian berlebih terhadap sepakbola Indonesia, kali ini saya menayangkan kembali tulisan saya tentang Petar Segrt. Pelatih asal Kroasia ini sekarang menangani PSM Makassar dan dianggap sukses mengembangkan bakat-bakat muda asli lokal. Silakan dibaca! :) Januari 2013. Saya kembali berada di Makassar, kota kelahiran saya, setelah hampir dua tahun tinggal di Swiss untuk mengenyam pendidikan. Sebagai pecinta fanatik sepakbola, saya tidak banyak membuang-buang waktu. Setelah menghabiskan dua hari untuk beristirahat di rumah memulihkan efek jet lag, saya segera datang ke lapangan Karebosi untuk menyaksikan langsung latihan tim sepakbola Indonesia kesayangan saya, yaitu PSM. Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali saya menyaksikan PSM latihan. Dulu, sepulang sekolah saya dan teman-teman pasti menyempatkan waktu berkunjung ke lokasi latihan untuk menyapa nama-nama beken seperti Cristian Gonzales atau Ortizan Solossa. Namun sekarang, PSM bukan lagi tim bertabur bintang seperti masa-masa itu. Nama-nama pemain bintang kini digantikan oleh belasan pemain muda lokal di bawah pelatih asal Kroasia, Petar Segrt. Seakan ingin menyempurnakan pepatah lama ‘roda nasib terus berputar’, saat ini, di tahun 2012, PSM sudah bukan lagi klub bergelimang uang dan sponsor seperti pada awal dekade 2000-an lalu. Proses transisi menjadi klub profesional yang sepenuhnya mandiri dan tidak berafiliasi pada hal politik apapun ternyata terasa berat dan terkadang menyakitkan akibat rintangan yang tak henti-hentinya menguji kesabaran. PSM pun kerap dilanda kesusahan dalam hal fasilitas dan kondisi finansial. Situasi sepakbola Indonesia yang terus-menerus dilanda prahara membuat PSM sebagai klub professional tertua di Indonesia ikut terkena imbasnya. Dari pemberitaan media beberapa bulan terakhir, pembayaran gaji pemain sering tertunda. Fasilitas latihan kadang tidak tersedia dengan baik, belum lagi beberapa tetek-bengek seperti tidak adanya mes dan bus untuk pemain. Maka, di saat-saat sulit seperti ini segenap pecinta PSM harus berterima kasih terhadap sosok Petar Segrt. Pelatih PSM yang saat ini sedang mengembangkan potensi para pemain muda di Makassar. Saya pun tergerak untuk menulis suatu artikel tentang figur menarik yang satu ini. Siapa gerangan Petar? Dia adalah pelatih berusia 47 tahun dengan segudang pengalaman. Sebelum menjabat sebagai pelatih kepala PSM, ia membesut Bali De Vata di setengah musim kompetisi IPL. Lahir di Kroasia, Petar menghabiskan masa mudanya di Jerman tempat dia memulai karir sebagai pemain. Setelah gantung sepatu, Petar terjun sebagai pelatih klub di berbagai negara sebelum ditunjuk menjadi pelatih tim usia muda Georgia. Di negara pecahan Uni Sovyet tersebut, Petar Segrt sempat membuat cerita yang membuat seluruh Eropa terkesan terhadap sikapnya yang heroik. Alkisah, di tahun 2008, Georgia dilanda perang dengan Rusia. Kondisi keamanan yang mencekam membuat ribuan penduduk mengungsi ke luar negeri. Namun, Petar dengan gagah berani, berpidato di depan ribuan massa di Rustaveli Square di kota Tbilisi, ibukota negara tersebut. Isi pidatonya kurang lebih ia tidak akan pernah meninggalkan anak asuhnya dalam kondisi seburuk apapun. Anda bisa melihat liputannya di link video Youtube ini: http://www.youtube.com/watch?v=4Whu6DRzkng&feature=player_embedded Melihat kisah dan pengalaman hidup Petar Segrt yang bervariasi, (Semua perjalanan karirnya bisa Anda baca di link Wikipedia ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Petar_Segrt) saya terkadang bertanya-tanya: apa yang dilakukan figur sepakbola sebesar pelatih berlisensi UEFA Pro ini di negara dengan god-forsaken football situation seperti Indonesia? Padahal dengan relasi berupa tokoh-tokoh sepakbola dunia dari pelatih Jerman Joachim Low sampai Dejan Savicevic, dia bisa saja melatih klub-klub papan atas di liga-liga terbaik Eropa? [caption id="" align="alignnone" width="640" caption="source: www.bkz-online.de"][/caption] Ya, terkadang, Tuhan memang menciptakan orang-orang seperti Petar untuk suatu alasan tertentu. Layaknya hujan diciptakan sesekali untuk membasahi ladang yang gersang. Seperti beberapa hal yang dilakukannya untuk PSM akhir-akhir ini. Seperti tekadnya yang tidak ingin meninggalkan anak-anak asuhannya di Georgia beberapa tahun lalu, Petar juga melakukan hal yang sama terhadap anak-anak muda binaannya di Makassar. Bedanya, bukan perang bersenjata yang menjadi ancaman baginya kali ini. Melainkan ketidakpedulian para elit sepakbola Indonesia yang sering merugikan para pemainnya. Seperti yang saya dengar sendiri langsung dari mulut masyarakat menengah ke bawah ketika sedang menonton latihan rutin PSM di lapangan Karebosi, figur Coach Petar sangat-sangat dihormati. Menurut percakapan beberapa orang, seperti sopir pribadi coach Petar dan tukang urut tim PSM serta beberapa reporter media setempat, pelatih yang notabene bukanlah warga negara Indonesia ini sudah cukup banyak berkorban untuk kepentingan tim. Ketika beberapa kali pembayaran gaji pemain tersendat, pelatih asal Kroasia ini tidak sungkan merogoh kocek pribadinya untuk menalangi pembayaran yang sudah menjadi hak pemain tersebut. Selain itu, seperti yang diberitakan media lokal beberapa hari terakhir, Petar mengemban sendiri tanggung jawab dalam memperhatikan kesembuhan seorang pemain andalannya yang terkena cedera. Penyerang PSM yang juga merupakan pemain tim nasional, M. Rahmat, baru-baru ini terkena cedera lutut yang cukup parah. Namun karena dua minggu terakhir kota Makassar dilanda hujan badai dan angin ribut, pemain tersebut tidak dapat memeriksakan diri ke rumah sakit. Petar pun mengambil inisiatif untuk menjemput Rahmat ke rumahnya yang berjarak hampir seratus kilometer dari pusat kota Makassar untuk dibawa ke rumah sakit, sekaligus menanggung biaya pengobatan akibat dana dari manajemen yang masih seret. Baca beritanya di sini: http://www.bola.net/indonesia/petar-tanggung-biaya-perawatan-rahmat-735287.html Semua pengorbanannya sebagai pelatih di atas membuat Petar perlahan menjelma menjadi sosok yang dicintai suporter PSM. Meski demikian, apa yang dilakukan Petar selama ini seharusnya menjadi pelajaran sekaligus tamparan keras bagi semua pengurus sepakbola di Indonesia, siapapun itu, tanpa kecuali. Di saat bentrokan antar-kepentingan antar-elit masih terus terjadi, bukan rahasia lagi bahwa pemain bagaikan pelanduk yang mati di tengah-tengah. Sebuah ungkapan yang baru-baru ini bukan lagi menjadi sekadar kiasan jika mengingat tragedi meninggalnya Diego Mendieta. Pelajaran besar yang dicontohkan oleh Coach Petar bukan hanya sebatas apakah ada uang atau tidak untuk mengurus pemain. Tidak, pelajaran yang disampaikannya jauh lebih besar dari itu. Petar, hanya mengulangi pembelajaran tentang respek. Ya, sepakbola adalah olahraga yang dibentuk dari saling menghormati dan mengasihi antar-sesama manusia. Sesuatu yang menjadi barang langka di sepakbola Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Tanpa ingin terkesan cheesy dan menggurui ala guru pelajaran pendidikan moral di bangku sekolah dasar, saya menulis tentang Coach Petar hanya untuk satu tujuan. Sebagai pecinta PSM, saya hanya ingin menyebarkan cerita ini dan meniupkan sedikit optimisme terhadap sepakbola nasional di tengah badai pesimisme yang tak kunjung reda. Pihak yang tulus ingin memajukan sepakbola Indonesia bukanlah sekadar mitos. Orang-orang tersebut benar-benar ada, tanpa terkecuali dalam diri seorang warga negara asing seperti Coach Petar Segrt. Sekarang saatnya menyadarkan bapak-bapak berdasi arogan di atas sana yang masih saja bermain politik di atas nasib ribuan pemain sepakbola nasional yang terkatung-katung. *Pernah dimuat sebelumnya di http://www.footballfandom.net MP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun