Mohon tunggu...
mahdi zalfa
mahdi zalfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Biasanya jual koi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi FOMO pada Remaja: Menjaga Keseimbangan antara Kehidupam Virtual dan Realita

7 Mei 2023   21:38 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena psikologis yang semakin umum terjadi pada remaja. Fenomena ini terjadi ketika seseorang merasa takut untuk melewatkan sebuah kesempatan atau pengalaman sosial yang dianggap penting, dan merasa tertekan untuk terus terhubung dengan dunia online atau media sosial. Fenomena FOMO ini biasanya terkait dengan ketidakmampuan seseorang untuk memisahkan diri dari teknologi, sehingga mendorong terus-menerus untuk mengikuti perkembangan terbaru.

FOMO pada anak muda bisa terjadi dalam berbagai situasi, seperti ketika mereka melihat teman-teman mereka bepergian, berkumpul dengan teman-teman, atau menghadiri acara-acara sosial yang menarik di media sosial. Anak muda yang mengalami FOMO cenderung merasa khawatir dan tidak tenang jika tidak dapat mengikuti atau hadir pada kegiatan tersebut, meskipun sebenarnya mereka tidak benar-benar ingin menghadirinya.

FOMO juga dapat mendorong anak muda untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain, terutama melalui media sosial. Anak muda seringkali melihat postingan dari teman-teman mereka yang terlihat bahagia dan sukses dalam kehidupan mereka, dan akibatnya mereka merasa rendah diri atau merasa kurang sukses dibandingkan dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan anak muda merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri, dan berusaha untuk selalu mencari pengalaman baru dan lebih menarik.

FOMO pada remaja ditandai dengan beberapa gejala perilaku yang mengganggu. Remaja yang mengalami FOMO cenderung terus-menerus memeriksa media sosial seperti Instagram, TikTok, atau Snapchat untuk memastikan mereka tidak melewatkan momen atau kegiatan yang menarik yang sedang dilakukan oleh teman-teman mereka. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan mental remaja, karena mereka tidak dapat fokus pada tugas yang sedang dilakukan dan merasa tertekan untuk selalu terhubung dengan media sosial.

Remaja yang mengalami FOMO juga dapat menolak untuk mengambil bagian dalam suatu aktivitas atau acara, karena takut akan melewatkan sesuatu yang lebih menarik atau penting yang sedang terjadi di tempat lain. Mereka mungkin merasa cemas atau khawatir ketika tidak terhubung dengan media sosial atau informasi yang terkait dengan aktivitas teman-teman mereka.

FOMO dapat menyebabkan remaja mengalami gejala kecemasan dan depresi, seperti kesulitan tidur, perubahan suasana hati, dan kekhawatiran yang berlebihan. Mereka juga dapat menunjukkan perilaku kompulsif, seperti membeli barang atau jasa yang tidak diperlukan hanya untuk merasa termasuk atau memiliki pengalaman yang sama dengan teman-teman mereka.

FOMO dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional remaja secara negatif. Remaja  yang terus-menerus memeriksa media sosial untuk memastikan mereka tidak melewatkan momen atau kegiatan yang menarik, dapat mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Mereka dapat mengalami kesulitan tidur dan kesulitan fokus pada tugas yang sedang dilakukan.

Penting bagi remaja untuk memahami bahwa media sosial tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya. Banyak orang memposting hanya bagian terbaik dari hidup mereka, yang dapat membuat remaja merasa tidak memadai atau tidak sukses. Namun, kenyataannya, banyak orang juga memiliki tantangan dan kekhawatiran dalam hidup mereka, meskipun mereka tidak memposting tentang hal tersebut di media sosial.

Selain itu, penting juga bagi remaja untuk memprioritaskan kesehatan mental dan emosional mereka. Mereka perlu belajar untuk merespons perasaan FOMO mereka dengan cara yang sehat, seperti berbicara dengan teman atau keluarga, melakukan aktivitas yang menyenangkan, atau bermeditasi. Dengan cara ini, mereka dapat belajar untuk mengontrol kecemasan dan depresi yang mungkin terkait dengan FOMO.

Sebagai orang tua atau pengajar, kita juga dapat membantu remaja mengatasi FOMO mereka dengan memperkuat keterampilan sosial mereka dan mempromosikan kegiatan yang positif dan sehat. Kita dapat membantu mereka memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari terus-menerus mengikuti tren dan acara sosial, melainkan dari membangun hubungan yang sehat dan berarti dengan orang-orang di sekitar mereka, dan melakukan hal-hal yang mereka sukai dan membuat mereka merasa puas dengan diri sendiri.

Selain itu, kita juga dapat mempromosikan aktivitas offline yang sehat, seperti berolahraga, membaca, atau mengeksplorasi minat baru. Hal-hal ini dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan baru, merasa lebih mandiri, dan meningkatkan rasa percaya diri mereka, sehingga mereka tidak terlalu tergantung pada teknologi atau media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun