Sebetulnya masih banyak masalah-masalah yang begitu kompleks dalam dunia digital. Mustahil tulisan ini bisa menyajikan semua masalah itu pada pembaca, terutama penggunaan media Youtube dan Instagram yang saat ini begitu marak di Indonesia. Ironisnya, konten-konten di Youtube pun lebih mengarah ke happy fun semata---seperti prank dan semacamnya, ditambah lagi kehadiran game online yang cenderung menina-bobokkan kalangan muda. Di saat yang seperti inilah kehadiran Socrates dibutuhkan.
Dunia kita saat ini membutuhkan banyak Socrates untuk membangunkan akal pemikiran yang telah pensiun. Kemudian mempertanyakan dan merenungkan kehidupan di tengah berbagai informasi, ideologi, pemikiran, kepentingan ekonomi maupun politik dan industri. Apakah kita hanya akan menjadi subjek pasif yang terbawa arus oleh berbagai trend yang sedang bergejolak? Apakah "tsunami informasi" melalui berbagai sumber digital membentuk masyarakat semakin cerdas, atau malah membuat kita dangkal, dan kebingungan? Atau, apakah kesenangan material itu adalah tujuan kita diciptakan?
Socrates mengatakan, kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak layak. Dengan begitu, sudah menjadi kewajiban kita untuk melihat dan membaca segenap fenomena dalam dunia digital lalu merenungkan apa yang sekiranya baik bagi kesehatan jiwa kita.
Seperti Socrates yang banyak berdiskusi dan belajar dari orang lain, dengan mengambil hikmah di balik fenomena dari setiap masalah. Sehingga interaksi kita baik itu di dunia digital maupun dunia nyata ini menjadi lebih jauh bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H