Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melepaskan Kuasa dari Subjek Manusia

30 Januari 2021   21:09 Diperbarui: 30 Januari 2021   21:33 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa hebat inilah yang sebenarnya menggerus sikap rendah hati terhadap sesama. Inilah bentuk kuasa yang dipraktikkan di dalam hubungan sosial yang represif.

Di sinilah kuasa bertolak belakang dengan prinsip moral. Kuasa cenderung merusak atau korup dan menindas. Pejabat menindas rakyat, yang kaya mengeksploitasi yang miskin, yang pintar mengakali yang bodoh dan seterusnya. 

Praktik demikian itulah yang sering menjadi sumber ketidakadilan dan arogansi kekuasaan. Kekuasaan dalam bentuk inilah yang menekan dan menciptakan jurang pemisah antara pemilik kuasa dan yang dikuasai.

Kuasa dalam Makna Lainnya

Tetapi, jika merenungi pemahaman kuasa menurut penggalan kalimat di atas, maka akan didapati pemahaman yang lain dari kuasa ini. Seakan-akan Foucault membalikkan pemahaman kuasa dari kebanyakan pemikir selama ini menjadi pemahaman yang memiliki ciri khas egalitarianisme dan mungkin bisa mengubah pandangan secara moral terhadapnya.

Jika kuasa sebenarnya ada di mana-mana, melekat dalam wacana, pengetahuan dan kebenaran, maka kuasa demikian mungkin bisa dipahami seperti halnya memahami keberadaan oksigen yang tersebar merata ada di mana-mana. 

Tidak ada seorang pun yang berhak mengklaim diri sebagai pemilik oksigen yang dihirup oleh seluruh umat manusia. Mengklaim diri demikian hanya membuat seseorang menjadi arogan dan menentang kebenaran umum.

Menganalogikan kuasa seperti oksigen ini mungkin berlebihan. Tetapi setidaknya klaim terhadap kekuasaan adalah salah satu pintu masuk untuk membuat seorang subjek manusia tergelincir dalam praktik dominasi dan represi. 

Bagaimana tidak, jika kuasa bukan sebuah kepemilikan tetapi realitas yang beredar dan melekat bukan pada subjek tetapi pada diskursus, ilmu pengetahuan dan kebenaran, maka sesungguhnya subjek yang "merasa berkuasa" itu hanya sekadar "meminjam" dan "menggunakan" kuasa tersebut.

Ini mirip seperti fakta bahwa tidak pernah ada seorang pun yang merasa paling berhak terhadap oksigen yang menjadi bagian dari hidup manusia di muka bumi ini. 

Semua orang berada pada posisi yang sama ketika menggunakan dan memanfaatkan oksigen demi keberlangsungan hidupnya. Bahkan, di saat seseorang menderita penyakit yang membutuhkan suplai oksigen tambahan, orang akan berusaha memberikannya baik secara sukarela atau tidak secara sukarela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun