Sejak manusia bisa menulis ia bisa membuat titik. Sejak manusia bisa berbicara, ia bisa berhenti karena titik. Titik itu simbol semu di dalam penulisan, tetapi fakta nyata di dalam peristiwa dan perkataan.
Dikatakan semu, karena tidak ada titik yang sebenarnya. Yang ada adalah coretan-coretan ujung pena atau jejak tombool keyboard yang membentuk titik. Yang ada adalah gambar-gambar yang membentuk pola tertentu seperti titik.
Dikatakan faktual, karena setiap peristiwa dan perkataan akan mengalami pemberhentian yang disimbolkan oleh titik. Titik nol dan titik akhir adalah objek-objek khusus yang mengawali dan mengakhiri sebuah waktu dan peristiwa.
Titik Spasial
Angka satu adalah rangkaian dari beberapa titik terkecil yang membentuk garis tegak lurus. Angka nol adalah rangkaian titik yang membentuk lingkaran berkesinambungan. Sehingga yang ada adalah angka satu dan nol itu saja.
Baik garis lurus atau lingkaran semuanya merupakan bangunan yang tersusun dari objek titik. Titik menjadi materi dasar dari setiap penampakan visual. Tidak ada yang terlihat di depan mata kecuali semua berasal dari titik.
Jika berhenti merenungi titik sampai di sana, maka tidak dipungkiri jika titik itu memang ada. Tetapi jika renungan diteruskan sampai pada batas di mana mata manusia melihat realita, maka titik lebur di dalamnya.
Titik mewakili kesederhanaan sekaligus kerumitan. Ia menjadi penentu setiap peristiwa penampakan yang berwujud di depan mata. Rangkaian kata dan kalimat di Kompasiana yang sedang dibaca, juga merupakan untaian titik tak terhingga.
Sebagai wujud visual, titik cukup mudah untuk dikerjakan. Anak-anak yang belum sekolah atau bayi sekalipun mampu membuat titik baik dengan disengaja atau tidak disengaja.
Bahkan kuman atau bakteri jika dilihat melalui mikroskop akan menampakkan kesatuan dari beberapa titik yang bekerjasama dan berhimpunan menjadi satu. Tanpa ada kerja aktif, bakteri dan kuman bisa membuat dirinya menjadi titik.
Titik Temporal