Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menata Ide Berserakan Menjadi Sebuah Tulisan

24 Juli 2018   09:38 Diperbarui: 24 Juli 2018   09:55 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: koogle.tv

Tulisan ini berisi sharing tentang ide yang susah dirangkai jadi tulisan sistematis. Bukannya tidak bisa dirangkai tetapi sebaran ide pokok yang rumit untuk dijadikan satu tulisan utuh yang mengalir dari satu paragraf ke paragraf lainnya.

Bukan untuk menggurui atau mengajari, tulisan ini sekedar untuk berbagi saja tentang pengalaman belajar menulis setiap hari. Bukan keharusan atau kewajiban dari sebuah model dan teknik penulisan, ini hanya sekadar alternatif lain dari cara baku dan tips menulis yang bertebaran.

***

Sesekali tiba-tiba kilasan ide muncul di kepala, tetapi rangkaiannya begitu random dari satu tema ke tema lainnya. Jika dituangkan dalam bentuk tulisan utuh tentu saja memerlukan waktu untuk menatanya.

Semisal, ketika sedang duduk, tiba-tiba ada pikiran mengenai keindahan alam, kesadaran tentang Tuhan, kepedulian kepada kemanusiaan atau pikiran lainnya yang datang tiba-tiba. Untuk menarik benang merah dari ide pokok yang berbeda tersebut tentunya membutuhkan kerja sistematis dari otak dan pikiran.

Tetapi ada beberapa cara untuk dapat mengurainya. Setidaknya ini yang saya lakukan, ketika bertemu dengan jenis ide yang bersebaran dan tidak beraturan. Beberapa langkah di bawah ini bisa dicoba.

Langkah 1. Sortir dan Filter Ide-ide yang Berserakan

Ibarat mendulang emas di kali, ide pun demikian sifatnya. Ada bagian-bagian yang bisa disisihkan ada bagian-bagian yang bisa diambil untuk diolah. Ide yang random pun demikian halnya. Menyortir dan memfilter merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kejelasan ide pokok untuk sebuah tulisan.

Mengambil contoh di atas tadi, ide tentang keindahan alam, kesadaran Tuhan, kepedulian tentang kemanusiaan bisa dipilah menjadi satu saja untuk dijadikan sebagai ide pokok tulisan. Sisinya kemudian disisihkan sebagai ide cadangan.

Misalnya mengambil ide tentang keindahan alam saja. Maka dua ide lain sudah menjadi ide terbuang. Bukan dikarenakan ide terebut tidak penting, tetapi pilihan saat ini memang jatuh kepada ide tentang keindahan alam.

Langkah 2. Mengembangkan Ide Pilihan

Ketika telah diputuskan ide mana yang diambil, maka saatnya untuk mengembangkannya. Ada banyak cara untuk mengembangkan ide yang berkutat di kepala.

Masih dengan contoh mengenai keindahan alam, maka ide turunan darinya bisa dikembangkan; misalnya cara alam menampakkan keindahannya melalui indra penglihatan, pendengaran, pengecapan bahkan melalui perenungan dan penghayatan.

Turunan lainnya bisa berupa ilustrasi dan contoh tentang apa itu keindahan alam, di mana tempatnya, seberapa populernya atau bagaimana opini orang tentangnya. Bisa juga berupa keterkaitan keindahan alam dengan penciptaan Tuhan atau rekayasa manusia dan lain-lain.

Langkah 3. Menuangkan ide turunan dalam bentuk paragraf

Ada sekitar 15 ide turunan dari ide tentang keindahan alam di atas. Jika hanya berkutat dengan kelima hal tersebut, setidaknya ide mengenai keindahan alam sudah bisa dibuat menjadi sebuah tulisan dengan 15 paragraf pokok. Paragraf pokok yang masing-masing memiliki kandungan dari 15 ide tersebut.

Tulisan yang baik tentunya tidak hanya berkutat dalam satu paragraf saja ketika menguraikan ide utama yang ada di dalamnya. Perlu ada paragraf-paragraf tambahan untuk memperkaya ide utama yang dikandung dalam sebuah paragraf. Jika kita ambil contoh salah satu ide turunan di atas untuk dituangkan dalam beberapa paragraf, maka bisa dibuat seperti ini:

"Keindahan alam merupakan kesan yang dipancarkan dari beragam objek yang ada di alam. Pancaran keindahan alam ini bisa ditangkap oleh atau melalui pintu-pintu pancaindra manusia seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indra lainnya yang ada pada diri seseorang."

Indra penglihatan misalnya bisa digunakan untuk menikmati keindahan pemandangan seperti gunung, laut, bunga dan lain-lain. Terkadang apa yang dilihat oleh indra penglihatan ini, pada awalnya belum memunculkan kesan keindahan. Tetapi setelah diperhatikan dengan saksama, muncullah beberapa keindahan darinya."

Kalimat yang dirangkai di atas, hanya merupakan kalimat yang menjelaskan tentang keindahan alam khususnya yang berkaitan dengan penglihatan. Setelahnya ada lagi ide-ide yang bisa dikembangkan seperti pendengaran, pengecapan dan lain-lainnya.

Langkah Alternatif 

Yang dimaksud langkah alternatif di sini adalah, merangkum keseluruhan ide dalam bentuk tulisan yang tidak sistematis alias berisi ide yang random juga. Misalnya menjadikan ide-ide yang beragam tersebut menjadi rangkaian-rangkaian kata, frasa atau kalimat berbentuk puisi.

Karena puisi tidak terikat oleh tata aturan kaidah penulisan esai atau tulisan ekspresif lainnya. Puisi lebih bebas untuk dijadikan media atau wahana menyampaikan kilatan-kilatan ide yang terpencar-pencar.

Ide pokok dalam puisi tidak harus dituangkan dalam bentuk paragraf-paragraf berurutan yang diperkaya dengan paragraf tambahan. Kadang puisi cukup menggunakan satu bait saja untuk mengemukakan ide-ide pokoknya. Sekedar contoh, kita rangkum tiga ide pokok di atas menjadi sebuah puisi dadakan berikut:

"Indah alam sekitaran. Menggiring jiwa mendekat Tuhan. Mengajar nilai kemanusiaan."

Kita lihat, frasa "indah alam sekitaran" merupakan ide tentang keindahan alam; "menggiring jiwa mendekat Tuhan" adalah ide kesadaran tentang Tuhan; "mengajar nilai kemanusiaan" adalah ide tentang kemanusiaan. Ketiganya merupakan ide besar yang tidak harus didetailkan lagi.

Meskipun bukan merupakan untaian puisi terbaik untuk mengungkapkan tiga ide pokok yang berbeda di atas, setidaknya gambaran tersebut menunjukkan bahwa puisi kadang mampu untuk menampung ide-ide yang berserakan. Ide yang tidak mudah untuk dituliskan dalam bentuk esai atau tulisan lainnya.

Masih banyak lagi tentunya tips atau seni di dalam merangkai ide-ide dari sebuah tulisan. Para penulis senior memiliki cara-cara yang beragam dan berbeda satu dari yang lainnya. Sekali lagi, tulisan ini sekadar sharing tentang apa yang dilakukan oleh saya selama ini. Semoga bermanfaat.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun