Karena puisi tidak terikat oleh tata aturan kaidah penulisan esai atau tulisan ekspresif lainnya. Puisi lebih bebas untuk dijadikan media atau wahana menyampaikan kilatan-kilatan ide yang terpencar-pencar.
Ide pokok dalam puisi tidak harus dituangkan dalam bentuk paragraf-paragraf berurutan yang diperkaya dengan paragraf tambahan. Kadang puisi cukup menggunakan satu bait saja untuk mengemukakan ide-ide pokoknya. Sekedar contoh, kita rangkum tiga ide pokok di atas menjadi sebuah puisi dadakan berikut:
"Indah alam sekitaran. Menggiring jiwa mendekat Tuhan. Mengajar nilai kemanusiaan."
Kita lihat, frasa "indah alam sekitaran" merupakan ide tentang keindahan alam; "menggiring jiwa mendekat Tuhan" adalah ide kesadaran tentang Tuhan; "mengajar nilai kemanusiaan" adalah ide tentang kemanusiaan. Ketiganya merupakan ide besar yang tidak harus didetailkan lagi.
Meskipun bukan merupakan untaian puisi terbaik untuk mengungkapkan tiga ide pokok yang berbeda di atas, setidaknya gambaran tersebut menunjukkan bahwa puisi kadang mampu untuk menampung ide-ide yang berserakan. Ide yang tidak mudah untuk dituliskan dalam bentuk esai atau tulisan lainnya.
Masih banyak lagi tentunya tips atau seni di dalam merangkai ide-ide dari sebuah tulisan. Para penulis senior memiliki cara-cara yang beragam dan berbeda satu dari yang lainnya. Sekali lagi, tulisan ini sekadar sharing tentang apa yang dilakukan oleh saya selama ini. Semoga bermanfaat.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H