Tentang malam ku berkata: Gelarannya mulai purna di awal berganti masa. Langit perlahan menyingkap selimut kelam dari buana. Jiwa pun menyapa pagi yang mulai tiba.
Tentang hening ku berbisik: Adanya bergerombol dan menepi menuju sisi. Dahulukan hiruk pikuk mengganti suasana sunyi. Raga pun bergetar merasa dinginnya hawa.
Tentang gelap ku berucap: Dirinya melangkah mundur dengan teratur. Terang berlari menghampiri bumi. Akal manusia pun menari-nari menyambut hari berganti.
Lihat dengan seksama! Tidak-kah embun bersyukur atas waktu tidak mengubur? Tidak-kah pohon memohon kemarin tidak terseok? Tidak-kah hewan gembira mendapati waktu mereka bertambah?
Tumbuhkan kesadaran! Bagaimana dengan kita manusia? Sudahkah berujar puji pada ilahi? Sudahkah tunai wajib di pagi ini? Sudahkah ikhlas berniat di awal hari?
Berkacalah pada alam! Jika embun, pohon dan hewan memuja Tuhan tersebab waktu yang dijatahkan. Gerangan apa manusia lupa menyebut dan memuja nama Tuhannya?
Maka katakanlah! Tuhanku, terima kasih atas tambahan waktu di hari ini. Terima kasih atas sehat yang terberi. Terima kasih atas alam tak berganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H