Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran dalam Makna Langit, Bumi, dan Diri Sendiri

16 Juni 2018   23:05 Diperbarui: 16 Juni 2018   23:18 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: altphotos.com

***

Lebaran juga memiliki makna bumi lainnya sebagai fenomena sosial kemanusiaan. Makna bumi ini tidak bisa dan tidak boleh dilepaskan dari makna langitnya. Muatan sakral yang diturunkan Tuhan ke manusia di bumi ini harus berimplikasi pada adanya perubahan dalam segala bentuk tindakan manusia yang menjalaninya.

Misalnya saja, ketika makna bumi ini dikaitkan dengan sesama manusia, maka lebaran menjadi momentum bagi setiap orang untuk saling berinteraksi dengan cara-cara yang ideal. Interaksi yang didasari dengan kesamaan derajat antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Tidak peduli apakah ia atasan atau bawahan, presiden atau rakyat, semuanya larut dalam egalitarianisme suasana lebaran. Nilai ini kemudian diimplementasikan dalam tradisi saling kunjung-mengunjungi antara sesama manusia. Saling salaman dan saling maaf-memaafkan menjadi pelengkap dari nilai lebaran sebagai nilai bumi dan semesta manusia.

Tidak cukup dengan itu saja implementasi dari makna bumi lebaran ini. Interaksi dengan sesama makhluk Tuhan pun merupakan bagian dari makna tersebut. Lebaran seharusnya menjadi momentum untuk manusia memahami peranannya sebagai pengelola alam semesta ini.

Alam bukan semata-mata sebagai objek eksploitasi untuk kepentingan manusia. Tetapi alam juga merupakan entitas di mana manusia harus menghargai dan menghormatinya. Jika manusia merasa memperlakukan alam dengan sewenang-wenang, maka lebaran bisa dijadikan momen manusia untuk "minta maaf" kepada alam semesta.

Ya, minta maaf dalam pengertian menata sikap dan persepsinya terhadap alam semesta. Memperbaiki cara pandang dan perlakuannya terhadap benda-benda di sekitar. Menyayangi kembali makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Karena bagaimanapun mereka merupakan bagian dari alam semesta atau bumi khususnya yang sama-sama berhak mendapatkan perlakuan sewajarnya dari manusia sebagai pengelolanya.

***

Makna terakhir dari lebaran adalah makna diri sendiri. Meskipun terakhir, tetapi makna ini merupakan makna paling penting dalam segala rangkaian makna di atas. Tak ada artinya sama sekali seseorang yang merayakan lebaran dengan sesama manusia dan dengan sesama makhluk lainnya yang hidup di muka bumi ini jika ia tidak lebaran dengan dirinya sendiri.

Lebaran dengan diri sendiri berarti menata ulang cara diri menjalani kehidupan di dunia ini. Istilah "idul fitri" (kembali ke kesucian) barangkali lebih tepat untuk dijadikan acuan dalam praktik lebaran dengan diri sendiri. Islah dengan diri sendiri dari segala hal yang telah membuat diri sendiri menjauh dari keharusan dan kemestian sebagai manusia. Itulah implementasi dari makna lebaran bagi diri sendiri.

Adalah hal yang wajar jika manusia mengalami konflik bukan hanya dengan orang lain, tetapi juga konflik dengan diri sendiri. Pertentangan antara nurani kemanusiaan dan dorongan-dorongan kebinatangan yang menghantam keutuhan diri sendiri. Peperangan dengan diri ini justru merupakan peperangan yang paling abadi dan sulit untuk didamaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun