Banyak orang suka mengeluhkan keadaan setiap kali mau melangkah. Ketika mau bisnis mengatakan tidak punya modal. Ketika mau bekerja mengatakan tidak punya keterampilan. Ketika mau melanjutkan sekolah atau kuliah mengatakan tidak punya otak cerdas.
Demikianlah pola pikir manusia dalam mencari alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Pola pikir itu akan mengikuti perintah tidak langsung dari kita. Pola pikir akan membenarkan semua argumen yang terlintas di benak kita. Otak dan pikiran hanya akan bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh kita.
Jika otak dan pikiran sudah bekerja seperti itu, maka pada akhirnya segala rencana dan cita-cita hanya akan tetap menjadi khayalan dan keinginan kosong semata. Kemudian pada akhirnya, waktu yang akan menghempaskan kita dari semua tujuan dan cita-cita.
Padahal sesungguhnya pikiran adalah harta yang tidak ternilai harganya yang dimiliki manusia. Harta yang dengannya manusia bisa menjadi serba kecukupan dan tidak memiliki kekurangan sedikit pun.
***
Apakah manusia memiliki kekurangan? Jawabannya bisa ya bisa tidak. Jika yang dimaksudkan kekurangan adalah sesuatu keadaan hasil perbandingan dengan orang lain, mungkin saja akan ada kekurangan. Tetapi jika manusia tidak membuat perbandingan dengan orang lain, maka kekurangan itu tidak akan ada.
Misalnya, kita bukan orang dengan bakat dan kemampuan berlari tetapi kita menginginkan menjadi seorang atlet lari. Tentu saja akan muncul kekurangan diri yang terlihat sangat "jomplang" jika dibandingkan dengan seorang atlet lari.
Seorang atlet lari bisa bertahan berlari tanpa henti selama 30-60 menit misalnya. Jika kita hanya mampu berlari selama 10 menit, maka kekurangan kita untuk menjadi atlet lari adalah antara 20-50 menit daya tahan tubuh untuk berlari.
Contoh lain misalnya, ketika ada resepsi pernikahan tetangga. Di sana berkumpul setiap orang dengan dandanan yang terkesan berbeda secara lahiriah. Faktanya memang setiap orang berbeda setiap memakai busana.
Jika kita lihat seseorang dengan busana yang mewah tentu di dalam hati akan terbersit bahwa dandanan kita "memiliki kekurangan" dibandingkan dengan dandanannya; mungkin kurang bagus; mungkin kurang mahal atau mungkin kurang bergengsi.
Di sana terjadi sebuah perbandingan antara busana yang kita pakai dengan busana yang mereka pakai. Maka muncullah "kekurangan" hasil dari produksi pikiran kita sendiri. Kekurangan yang membedakan antara busana kita dengan busana orang lain. Padahal sebenarnya kekurangan dan perbedaan tersebut hanyalah dalam penampakan semata-mata.