Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Singkat: Mencari Makna dari Objek dan Peristiwa

20 Januari 2018   02:04 Diperbarui: 20 Januari 2018   05:23 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.linkedin.com)

Orisinalitas pemikiran  dan penghayatan mengenai objekdan peristiwa, dengan segala keterbatasannya, lebih bernilai dari sekadar mengutip dogma atau memutar ulang rekaman dan catatan sejarah tanpa memberikan makna baru ke dalamnya.

Pemaknaan terhadap objekdan peristiwadi sekitar kita, hakikatnya adalah upaya menemukan sifatdan esensiyang belum ditemukan dan belum dipahami sebelumnya. 

Memang, selalu ada resiko dalam setiap upaya pemaknaan tersebut. Resiko itu adalah kesalahan  di mana sifatdan esensiyang didapatkan tidak sesuai dengan yang sebenarnya. 

Namun jika upaya demikian kita niati sebagai cara mensyukuri nalar akal dan rasa hati yang diberikan Tuhan pada diri kita, maka kategori benar dan salah hanyalah bagian kecil dari penilaian Tuhan terhadap upaya apapun dari manusia.

Manusia masuk surga atau neraka bukan karena urusan benar dan salah semata yang dialami semasa hidupnya. Manusia masuk surga atau neraka juga karena urusan kehendak dan kerelaan Tuhan terhadapnya. 

Betul bahwa kehendak dan kerelaan Tuhan tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran, tetapi sekuat tenaga manusia menyesuaikan diri dengan kebenaran agar bisa masuk surga, tidak ada jaminan terjadi keselarasan antara upaya itu dengan kehendak dan kerelaan-Nya.

Jadi, yang terpenting bagi kita sebagai manusia adalah menemukan makna yang berupa sifatdan esensidari objekdan peristiwadi sekitar kita, tanpa membuat legitimasi dan memonopoli status kebenaran dan nilai temuannya.

Kita serahkan saja kepada Tuhan penilaian akhir terhadap semua hasil dari upaya tersebut. Semoga Tuhan memaklumi dan memaafkan kita yang sedang berupaya menyingkap makna itu tetapi ternyata tidak selaras dengan kebenaran yang dikehendaki-Nya.

Karena dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, manusia tidak akan pernah bisa mengetahui semua kehendak-Nya yang tidak terbatas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun