Cowok kalo suka nyewek dibilang hebatÂ
Cewek yang berlaku sebaliknya dibilang murahanÂ
Cowok nakal dan genit itu lumrahÂ
Cewek berlaku sebaliknya dikatai dunia akan kiamat(Obrolan di Warung Tomcat Singaraja, Minggu 8 Juli 2018)
Beberapa hari yang lalu saya janjian makan dengan seorang teman. Tempat makan itu cukup populer di kalangan anak muda di kota tempat kami tinggal. Biasanya, suasana akan semakin ramai menjelang sore hingga malam.Â
Maklumlah, pelanggannya kebanyakan anak kuliahan yang aktivitas rutinnya sudah mentok-pagi kuliah, siang buat tugas, sore sampai malam hang out. Nuansa laris manis warung ini juga terasa dengan wara wirinya abang-abang ojek Grabb yang setia menantikan pesanan pelanggan.
Tatkala sedang asik menikmati pemandangan ABG2 bening yang berseliweran memesan makanan, sambil bersenda gurau, kami berdua tersadar bahwa umur tak lagi muda. Ternyata sudah seperempat abad plus 3, itu artinya sudah mendekati kepala 3. Umur yang terlalu tua untuk hadir di ruang-ruang yang didominasi anak milenial.Â
Obrolan ngalor ngidul dua sahabat lawas ini sampai ke pembahasan yang serius-nostalgia tentang kriteria perempuan ideal di masa-masa kuliah dulu. Dari cerita itu saya merasakan dua hal, kebanggaan sekaligus penyesalan. Kebanggaan karena saya tidak pernah "nakal" alias alim plus jaim. Masa kuliah saya lewati sebagai pria "baik" dengan label mahasiswa yang jujur, rajin, dan aktivis. Â
Penyesalan karena rasa itu justru baru muncul hari ini. Jika saja ada permintaan yang ingin dikabulkan, saya ingin kembali ke masa kuliah dulu. Menikmati waktu dengan kegiatan yang lebih menantang adrenalin. Namun, tulisan ini tidak hendak membahas umur kami yang semakin menua atau obrolan yang out of the context. Hadirnya tulisan ini justru diinspirasi oleh pertemuan tadi, yakni tentang kode-kode yang memunculkan kategori pasangan ideal.Â
Saya beruntung memiliki banyak teman yang umurnya lebih muda, kelahiran antara 1992-1995. Mereka inilah generasi milenial akhir yang selalu up to date perkembangan teknologi, film, suka traveling meski memiliki 1 kelemahan-budaya literasinya rendah.Â
Melalui merekalah saya bisa menggali informasi sedalam-dalamnya tentang bagaimana mereka selaku milenial mempersepsikan kategori pasangan yang ideal. Hal ini juga yang menjadi alasan saya memberikan tambahan kata "milenial" pada judul artikel ini.
Sebagian besar kawan laki-laki memberikan jawaban tentang imej kecantikan ideal tampaknya masih belum bisa lepas dari nilai-nilai tradisional yang menggariskan bahwa bagian terpenting yang harus dimiliki seorang perempuan untuk dijadikan sumber perhatian adalah kecantikan fisik.Â