Mohon tunggu...
Mahatma Chryshna
Mahatma Chryshna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Dunia ditandai kata, alangkah sepinya dunia tanpa kata. Kata memaksa kita untuk berbicara, dan sekarang kita paksa kata untuk mengartikulasikan kita." Berkata-kata !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merokok Bukan Tindakan Kriminal: Sebuah Apologi

6 Juni 2011   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa jawaban perokok bila ditanya "Mengapa Anda merokok?" : 1. Orang akan mengatakan bahwa dengan merokok dia akan lebih produktif dalam bekerja. Dengan kata lain, tanpa rokok, pekerjaan yang biasa dilakukan tidak bisa dilakukan, atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Seorang penulis yang perokok, mungkin akan mengatakan bahwa dengan merokok, dia bisa menulis dengan lebih fokus. Ketahanan dalam merokok akan membuat orang semakin bisa bertahan dalam kegiatan. Seseorang yang sering berkerja dengan tantangan rasa mengantuk, seringkali menggunakan rokok untuk mengusir kantuk. 2. Orang lain mengatakan bahwa dengan merokok, dia bisa memperoleh ketenangan. Alasan ini dikemukakan ketika seseorang mengalami kecemasan dan dengan merokok, dia akan mengalami ketenangan dan situasi yang lebih nyaman. Memang seringkali orang akan lebih tenang ketika merokok. 3. Seorang teman mengatakan bahwa rokok adalah teman dalam kesendiriannya. Dengan merokok, dia merasa tidak lagi sendiri, ada yang menemani yaitu rokok, atau kegiatan merokok. Hal ini bisa dilakukan ketika seseorang sedang ada di kamar, menyendiri atau mencari inspirasi. 4. Kawan yang lain mengatakan bahwa dengan merokok, dia bisa mendapat inspirasi lebih baik. Rokok adalah sumber inspirasi bagi beberapa orang dalam berkarya, dalam menciptakan saat merenung yang tepat. 5. Kawan yang juga perokok mengatakan bahwa tanpa merokok suatu percakapan akan kelihatan sebagai suatu pertengkaran. Dia mengatakan, dalam bahasa jawa, tanpa rokok, pembicaran itu "koyo wong padhu" (seperti orang bertengkar). Dengan rokok, kita bisa berdiskusi lebih lancar, lebih nyambung dan lebih seru. 6. Merokok itu menyenangkan, nikmat. TITIK. Itu kata kawanku. Jawaban yang mudah memang, atau terkesan tidak mau begitu ambil pusing. Bagi perokok tipe ini, merokok itu masalah selera, ada yang suka bakso, nasi goreng, ada juga yang suka merokok. Tidak bisa diperdebatkan. 7. Terserah aku ! Merokok itu hak asasi manusia, Merokok itu bukan tindakan kriminal. Nah, ini adalah jawaban lain dari perokok yang tidak suka kegiatan merokoknya dipertanyakan. Bukankah setiap orang memiliki kesenangan masing-masing ? Bukankah merokok adalah hak setiap orang ? Bukankah merokok itu bukan tindakan kriminal ? Masih ada banyak hal yang bisa dikatakan tentang alasan seseorang merokok. Terhadap jawaban itu, bisa saja kita berdebat panjang, tetapi tidak akan dengan mudah membuat perokok meninggalkan kebiasaan merokok. Biasanya, para perokok tidak suka bila ditanya tentang alasan mereka merokok. Alih-alih menjawab, mereka akan lebih mudah menceritakan kapan pertama kali mereka merokok. Seolah-olah kegiatan itu sudah lama dilakukan, sudah tidak bisa dihilangkan dan memang sudah menjadi bagian dari dirinya. Merokok telah menjadi suatu  momen pribadi yang hanya bisa dirasakan kenikmatannya oleh para perokok. Maka, tidak heran banyak orang yang tidak merokok akan bertanya "Apa sih enaknya merokok ?". Selain pertanyaan tabu di atas, sering kali orang menghakimi perokok dengan label orang yang egois karena tidak memperhatikan kesehatan orang di sekitarnya. Dalam pencitraan tokoh film, merokok diasosiasikan dengan kegiatan yang dilakukan peran-peran antagonis. Selain itu, banyak orang juga akan dengan mudah memberitahu perokok akan bahaya rokok bagi kesehatan, bagi lingkungan sekitar atau bagi keuangan. Saya yakin bahwa sebagian besar perokok sudah tahu bahwa ada bahaya rokok bagi kesehatan, lingkungan, maupun keuangan. Pemberitahuan dan nasehat tersebut akan hilang karena alasan seseorang tetap merokok bukan karena takut penyakit atau takut tidak punya uang karena rokok. Walaupun tahu ada sisi negatifnya, banyak orang masih tetap merokok. Pertanyaanya, mengapa ? Perlu disadari bahwa suatu tindakan itu tidak semata digerakkan oleh alasan logis. Hal ini analog dengan kepercayaan agama. Seseorang akan merasakan pas dengan agama tertentu dan tidak akan cepat berganti dengan agama lain walaupun diperlihatkan kebaikan agama lain. Memang analogi ini tidak terlalu tepat karena di dalam agama ada sisi baiknya, sedangkan dalam rokok cukup disting sisi baik dan buruknya. Yang ingin diperlihatkan adalah dinamika batin seseorang dalam bertindak. Orang tidak mudah berganti tindakan, kepercayaan karena soalnya bukan semata pengetahuan logis-informatif, tetapi lebih luas lagi, melibatkan emosi, kemauan, citra diri, dll. Jadi, memaksa seorang perokok untuk berhenti merokok itu bukanlah suatu tindakan yang produktif karena malah akan menghasilkan mekanisme defensif dari perokok.  Bagi kebanyakan perokok, orang yang belum pernah merokok tidak punya "hak" untuk mengakan sesuatu tentang berhenti merokok. Para perokok itu tahu bahwa merokok itu memiliki banyak aspek negatif, tetapi mengapa mereka tetap merokok ? Ada banyak orang yang sebenarnya ingin menghentikan kebiasaan tersebut tetapi ada saja hambatan yang muncul. Hambatan pertama adalah niat yang kuat. Tidak adanya niat yang kuat menyebabkan keinginan itu berhenti sebagai harapan hampa. Banyak orang berharap bahwa ia ingin berhenti merokok, tetapi merasa bahwa dia tidak bisa. Seakan-akan kegiatan merokok atau menghentikan rokok adalah kegiatan yang ada di luar kontrol si pelaku. Keadaan ini kita sebut kecanduan. Ketika rokok sudah menjadi candu, orang akan merasa ada yang kurang dalam hidup, akan menggantungkan diri pada hal yang dicandui, dalam hal ini rokok. Hambatan kedua adalah pengaruh lingkungan. Bila seorang perokok ingin menghentikan kebiasaan merokok, ia perlu lingkungan yang mendukung. Ketika seseorang yang sudah berniat menghentikan kebiasaan merokok ditawari rokok dan hidup dalam lingkungan perokok, dengan mudah dia akan kembali menjadi perokok. Hambatan selanjutnya adalah aspek ketagihan yang tidak mudah diatasi. Ketika seseorang memutuskan untuk berhenti merokok, dia kehilangan salah satu outlet yang dia butuhkan pada saat mengalami situasi cemas, panik menuju ketenangan. Seseorang kehilangan kegiatan "bawah sadar" yang menyenangkan demi kenyamanan ketika dia sedang bekerja, ketika mencari kesibukan dalam kesendirian, atau ketika tidak melakukan apa-apa. Fungsi "aktivitas kecil" yang dimainkan oleh kegiatan merokok tidak bisa dengan mudah diganti dengan kegiatan lain. Dari beberapa hal yang diungkapkan di atas, penulis memilih salah satu pendekatan untuk menemani dan mendukung perokok yang ingin berhenti merokok. Pendekatan ini perlu dilakukan dengan baik sehingga tidak menempatkan dan menyudutkan mereka laksana seorang kriminal tetapi dengan penekatan yang memanusiakan mereka. Beberapa hal yang pernah penulis alami dan penulis dengar dari beberapa perokok dan mantan perokok adalah : 1. Jangan mulai merokok bila belum pernah merokok. Anjuran ini sering dikatakan oleh para perokok yang sudah terlalu kecanduan rokok sehingga mereka mengatakan hal ini. Seringkali orangtua yang tahu bahwa merokok itu tidak baik, tidak ingin bahwa anak dan orang yang mereka cintai akan mengalami kesulitan berhenti merokok seperti mereka. Hal ini perlu diperhatikan karena merupakan saran tulus dari perokok. Mereka yang tidak bisa memberikan contoh yang tentang kebaikan merokok akan mengatakan bahwa kecanduan yang sedang mereka alami adalah contoh buruk tentang bahaya merokok. Ketentuan pembelian rokok bagi mereka yang sudah dewasa (sudah bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri) perlu diterapkan, misalnya hanya yang sudah memiliki KTP boleh membeli rokok. 2. Bangun sistem yang menempatkan perokok dan non perokok untuk bisa saling tahu batas mereka masing-masing. Adanya peraturan yang tegas untuk merokok di tempat umum dan ketersediaan tempat merokok akan membuat perokok dan non perokok tidak saling terganggu. Keikutsertaan dalam kampanye global anti rokok perlu dipertegas oleh pemerintah, misalnya dengan gambar penyakit akibat rokok di bungkus rokok, atau larangan iklan rokok dengan gambar rokok perlu dipertegas. Ketegasan zona anti rokok di ruang publik seperti bus, terminal, rumah sakit, sekolah, perlu dibangun. 3. Dukungan Keluarga. Dukungan dari orang yang dicintai sangat membantu. Bila lingkungan paling dekat dengan perokok memberi dukungan positif atas kegiatan merokok, orang akan sulit berhenti merokok. 4. Sapa perokok yang merokok di tempat umum karena mengganggu. Belum banyak orang yang berani menegur orang lain yang merokok di tempat umum, atau yang mengganggu merokok. Biasanya perokok juga akan malu bila disapa bahwa asap rokoknya mengganggu. Agar tepat sasaran, saat menyapa, yang dikritik adalah asap rokoknya, bukan orangnya atau kegiatan merokoknya. 5. Ganti dengan "aktivitas kecil" lain. Adanya kegiatan lain yang menyenangkan atau bentuk lain dari aktivitas kecil akan membuat kecanduan bisa disalurkan ke kegiatan lain. Mengunyah permen bisa membuat perokok berganti aktivitas atau memiliki aktivitas kecil lain. Tidak semua orang bisa berhasil menggunakan cara permen ini. Oleh karena itu, butuh dukungan dan masukan untuk mencari aktivitas kecil lain yang bisa mengalihkan dari ketagihan dan menyalurkan dalam kegiatan lain. 6. Sharing kelompok orang yang pernah berusaha dan berhasil. Sharing dari rekan lain sesama perokok yang berhasil menyelesaikan ketagihan rokoknya adalah salah satu cara untuk mendukung. Biasanya sharing macam ini akan lebih didengarkan daripada ceramah dokter atau pemuka agama dalam menanggulangi kebiasaan merokok. Dengan mengadakan pertemuan dengan mereka yang ingin berhenti merokok, banyak hal bisa didapat. Ikut komunitas sharing mereka yang ingin berhenti merokok adalah salah satu caranya. Masih banyak hal yang bisa dibagikan tentang ROKOK dan MEROKOK. Tulisan ini lebih ingin mengajak untuk pertama-tama memahami perokok dan menemani mereka dalam usaha mengatasi kecanduan rokok, bukan dengan menempatkan mereka sebagai seorang kriminal yang patut dijauhi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun