Tinabo juga menyediakan dive center bagi mereka yang ingin melakukan penyelaman. Beruntung, meski belum memiliki license saya bisa ikut turun untuk sekedar icip-icip fun dive ditemani oleh instruktur dive yang berpengalaman nan ramah. Meski sempat ragu untuk ambil bagian, mbak Tiwe meyakinkan saya dengan celotehannya, "Ayo turun! Kapan lagi bisa nyelem? Di Jakarta kan ngga ada yang kaya gini!".
Setelah mendengar instruksi dan dipusingkan oleh beberapa istilah bagian-bagian alat selam, satu-persatu dari kami turun. Saat tiba giliran, saya agak deg-degan juga. Setelah beradaptasi dengan alat bantu pernafasan, mulailah petualangan saya menyusuri bawah laut Taman Nasional ini.
Agak sedikit mendengung telinga saya ketika beranjak lebih jauh ke dalam. Berusaha tetap tenang seraya melingkarkan ibu jari dan telunjuk sebagai tanda semua berjalan dengan baik yang saya tujukan kepada instruktur. Menyelam menjadi hal baru bagi saya dan berujung menjadi hal yang nagih. Asli!
[caption caption="pertama kali menyelam dan ketagihan"]
[caption caption="fun dive"]
Magnet lain yang ditawarkan oleh Tinabo adalah bayi hiu yang hilir mudik di pinggir pantai. Tak perlu melakukan penyelaman, hiu-hiu ini bisa terlihat jelas dari permukaan. Kita bisa berenang tanpa takut dengan hiu-hiu lucu ini dan sesekali bolehlah diajak selfie bareng.
Sebelum berinteraksi dengan si hiu, pastikan tidak ada luka terbuka atau tidak dalam masa haid bagi perempuan guna mencegah hal yang tidak diinginkan mengingat hiu memiliki indra penciuman yang sensitif.
[caption caption="ini bayi lho"]
Tak seperti di Karimun Jawa yang merupakan penangkaran, hiu jenis black tip ini berdatangan secara alamiah. Biasanya ada petugas dari Taman Nasional yang memberikan potongan ikan pada sore hari dan menjadi atraksi yang menarik bagi kami.
Mitosnya hanya ada satu petugas yang bisa memanggil hiu-hiu ini untuk berkumpul, tapi nyatanya mitos hanya sekedar mitos. Bang Babel (kawan saya asal Makassar) pun dapat melakukan hal tersebut. Good job, bang!