remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO, seseorang dikatakan remaja ketika dirinya berada di rentang usia 10 -- 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN, rentang usia remaja adalah 10 -- 24 tahun dan belum menikah.Â
MasaPada masa peralihan ini, remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual yang pesat. Remaja cenderung memiliki keingintahuan yang tinggi serta rasa ingin mencoba sesuatu yang terlihat menarik tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjangnya. Dalam hal ini, remaja sangatlah membutuhkan pendampingan dalam masa pertumbuhannya. Mereka harus mulai memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya.
Salah satu periode yang berlangsung selama remaja adalah masa pubertas. Pubertas sendiri memiliki arti periode pematangan fisik secara cepat, meliputi perubahan hormonal dan bentuk tubuh yang umumnya terjadi pada awal masa remaja. Ketika pubertas terjadi pada remaja, banyak hal yang berubah, salah satunya mengenai kesehatan reproduksi.Â
Namun, pada kenyataannya, remaja masih banyak yang kurang memahami perihal kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan masih minimnya informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan menganggap bahwa pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan secara umum.
Oleh karena itu, mahasiswa Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui kegiatan MBKM Peduli Stunting Universitas Negeri Malang yang bekerja sama dengan BKKBN melaksanakan kegiatan penyuluhan di SMAN 1 Puncu, Kabupaten Kediri. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka stunting yang ada di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri.
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 23 -- 30 Oktober 2023 di SMAN 1 Puncu dengan mengangkat tema "Pelajari Alurnya, Perbaiki Masa Depannya, Wujudkan Remaja Terarah dalam Pencegahan Stunting di Indonesia". Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah siswa-siswi kelas 12 SMAN 1 Puncu yang mana setiap kelasnya terdiri dari 35-40 siswa. Kegiatan ini terdiri dari penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, kesehatan reproduksi, pernikahan dini, serta PIK-R. Topik yang diangkat pun disesuaikan dengan sasaran remaja, namun tetap berhubungan dengan kejadian stunting.
Dalam penyuluhan kesehatan reproduksi sendiri, topik yang diberikan adalah mengenai pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi, pubertas dan ciri-cirinya, cara menjaga hygiene, serta sexual harassment. Kegiatan diawali dengan perkenalan, penyebaran pre-test, dilanjutkan dengan pemberian materi, dan ditutup dengan pengerjaan post-test. Pre-test dan post-test diberikan guna mengukur seberapa paham remaja mengenai materi yang diberikan. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan sekitar 9-15%.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga dapat lebih peduli pada diri sendiri serta dapat menjaga diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, diharapkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dapat lebih banyak lagi dan masyarakat tidak lagi menganggap bahwa edukasi mengenai kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu dibicarakan di khalayak umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H